Megawati dan Jokowi Diprediksi Sepakat Pilih Ganjar untuk Capres 2024?

Kamis, 23/03/2023 20:20 WIB
Megawati Soekarnoputri dan Ganjar Pranowo (inilah.com)

Megawati Soekarnoputri dan Ganjar Pranowo (inilah.com)

Jakarta, law-justice.co - Diprediksi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo akan dipilih Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, untuk menjadi bacapres di Pilpres 2024.

Hal itu terlihat saat Megawati Soekarnoputri dan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bertemu di Istana, dan sepaham untuk pilih Ganjar Pranowo, ketimbang Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, untuk maju di Pilpres 2024.

Prediksi Ganjar Pranowo dipilih Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi sebagai capres di Pilpres 2024 merupakan analis politik Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago.

Chaniago menyampaikan pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi di istana itu lah yang menguatkan prediksi tersebut.


Saat itu, keduanya telah menyamakan pandangan seputar dukungan capres di Pilpres 2024.

"Pertemuan Pak Jokowi dan Bu Mega tidak ada yang mengagetkan. Saya meyakini mereka sudah sejalan, sudah beririsan, sudah satu paket siapa yang akan diusung."

"Tapi lagi-lagi yang menentukan di parpol koalisi tetap partai politik yang jadi penentu, tidak boleh presiden yang menentukan," ujar Pangi dalam diskusi virtual, Kamis (23/3/2023).

Pangi menuturkan bahwa keduanya diperkirakan telah sepakat untuk mendukung Ganjar Pranowo menjadi capres 2024.

Namun, PDIP disebut masih menyembunyikan nama itu dengan dalih akan memberikan kejutan kepada masyarakat.

"Nama itu sebetulnya saya sudah mengatakan tidak ada rahasia lagi, tidak ada yang ditutup-tutupi lagi cuma PDIP selalu bicara membuat surprise dan seolah ini akan ada kejutan."

"Saya tidak percaya kejutan, nama itu sudah ada Mas Ganjar. Nah nama itu sudah di kantong Bu Mega dan di kantong Pak Jokowi. Itu sama," ungkap dia.

Di sisi lain, Pangi memahami bahwa sejatinya masih ada nama lain yang kerap dibicarakan internal PDIP untuk menjadi capres 2024.

Adapun nama itu tidak lain adalah putri Megawati, Puan Maharani untuk didorong maju di Pilpres 2024.

Namun begitu, Pangi meyakini bahwa Megawati akan bersikap realistis terkait maju atau tidaknya Puan Maharani di Pilpres 2024.

Sebab, Presiden kelima RI itu pastinya memiliki penilaian yang terukur untuk mendorong figur yang kemungkinan menangnya lebih besar.

"Kalau saya berpikir munculnya mbak Puan pun saya tidak percaya mazhab itu karena apa? logika Ibu Mega itu logika kemenangan."

"Bukan logika kemudian reaksioner, sentimen atau kemudian harga diri partai. Tidak. Ini soal bagaimana pemilih dalam hasil survei ibu Mega orang orang PDIP itu percaya dengan research dan percaya dengan hal hal yang terukur," pungkasnya.

Duet Prabowo-Ganjar

Duet maut Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo tampaknya tak mudah terwujud di Pilpres 2024.

Apalagi elektabilitas kedua figur itu tetap kuat dan berada di atas Anies Baswedan.

Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam program Satu Meja Kompas TV, Rabu (21/3/2023) malam.

"Kalau menurut saya terlalu dini untuk digabungkan," ujarnya.

Menurut Burhanuddin, wacana menduetkan Ganjar dan Prabowo maupun sebaliknya muncul pada November 2022.

Ketika itu elektabilitas Anies melejit dan mengancam Ganjar yang duduk di urutan pertama.

Namun, belakangan, sejumlah hasil survei justru menunjukkan elektabilitas Anies turun cukup tajam, sedangkan Prabowo naik.

"(Penyebab) naiknya (elektabilitas) Pak Prabowo salah satunya adalah mulai mengalirnya pendukung Pak Jokowi ke Pak Prabowo Subianto," kata Burhanuddin.

Berkaca dari situasi itu, menurut Burhanuddin, menduetkan Ganjar dengan Prabowo merupakan opsi terakhir bila elektabilitas Anies kembali melejit dan mengancam keduanya.

"Tapi kalau misalnya Anies Baswedan tidak terlalu mengancam, kemungkinan yang masuk putaran kedua antara Ganjar dan Pak Prabowo, pada titik itu dua-duanya dianggap sebagai all president`s men," kata Burhanuddin.

Wacana duet Prabowo dan Ganjar pada Pilpresu 2024 jadi perbincangan hangat belakangan ini.

Desas-desus itu bermula dari momen keakraban keduanya bersama Presiden Joko Widodo dalam acara panen raya di Kebumen, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengatakan, partainya berpeluang mendukung Ganjar pada pilpres mendatang.

Asalkan, dalam kontestasi itu Ganjar berpasangan dengan Prabowo, sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Ya saya kira terbuka kalau Pak Ganjar mau ikut dengan Pak Prabowo, dengan catatan Pak Prabowo calon presiden," kata Hashim saat ditemui di Gedung Joang 45, Jakarta, Minggu (12/3/2023).

Berbeda dengan Gerindra, PDIP menyiratkan penolakan atas wacana duet Prabowo sebagai capres dan Ganjar sebagai cawapres.


Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, kader partainya harus ditempatkan di kursi calon RI-1.

"Ya, kader dari PDIP (harus capres), sebagai partai pemenang pemilu dengan kepercayaan rakyat dua kali berturut-turut tentu saja kami akan mengusung calon presiden," kata Hasto di Sentul, Jawa Barat, Senin (13/3/2023).

Kendati demikian, Hasto menyatakan, PDIP tidak akan berjuang sendirian pada Pemilu 2024.

PDIP terbuka untuk berkoalisi dengan partai lain, dengan syarat kandidat capres harus dari partai banteng.

Terkait dengan calon presiden, sebagaimana amanat Ibu Megawati Soekarnoputri pada saat hari ulang tahun PDIP yang ke-50, PDIP akan mendorong kader internal untuk sebagai calon presiden," ujarnya.

Sementara itu, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengatakan, duet Prabowo dengan Ganjar bisa saja terjadi pada Pemilu 2024.


Adapun hal ini menanggapi soal pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bahwa apapun masih bisa terjadi Pilpres 2024, termasuk terbentuknya duet tersebut.

Menurutnya, jika duet itu bisa terwujud dipastikan merupakan hasil kesepakatan antara tiga king maker, yaitu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo.

"Jadi pernyataan Pak Hasto menegaskan bagi saya di 2024 apapun bisa terjadi. Kalau duet Prabowo-Ganjar terwujud ya tentu pastinya hasil kesepakatan Megawati dengan Prabowo dan Jokowi," ujar Adi.

"Ini kan tiga king maker yang sangat bisa menentukan soal siapa yang bisa berduet. Apakah Prabowo-Ganjar, atau Ganjar-Prabowo. Kan itu-itu saja," lanjutnya.

Menurut Adi, Ganjar merupakan kader PDIP yang mana soal pencapresan masih menunggu restu Megawati.

Di sisi lain, Jokowi juga terlihat memiliki kecenderungan politiknya kepada Ganjar.

"Begitu pun dengan Prabowo Subianto. Hikmah positifnya mungkin kalau betul pasangan Prabowo- Ganjar ini direstui, bisa maju di 2024, hasil dari beberapa simulasi survei memang cukup leading pasangan ini," jelas Adi.

Dia pun menilai, sosok Ganjar dengan Prabowo bisa saling melengkapi dari sisi elektabilitas.

Adi mencontohkan, elektabilitas Prabowo lemah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Kelemahan itu dapat ditutup oleh elektabilitas Ganjar yang kuat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kemudian, elektabilitas Ganjar lemah di Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten.

Kondisi ini bisa ditutupi oleh elektabilitas Prabowo di ketiga daerah.

"Makanya pasangan ini kuat, sangat kuat gitu ya dan sangat memungkinkan untuk pertarungan politik. Yang paling rumit memang bagaimana sikap politik PDIP dengan usulan duet Prabowo-Ganjar itu. Apa pun judulnya ya PDIP pemenang pemilu," ungkap Adi.

"Ganjar elektabilitasnya lebih kuat dari Prabowo. Pada level itu tentu agak rumit cara menjelaskannya tapi kan kalau elite bersepakat, sudah berkongsi ya selesai semua urusan," tambahnya.

 

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar