Dapatkah China Jadi Juru Damai Rusia Vs Ukraina? (2)

Rabu, 22/03/2023 18:20 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin. (AP)

Presiden Rusia Vladimir Putin. (AP)

Rusia, law-justice.co - Dalam konferensi pers usai pembicaraan dengan Xi berakhir, Putin mengatakan: “Banyak syarat-syarat dalam rencana damai China yang bisa dijadikan landasan untuk menyelesaikan konflik dengan Ukraina, kapan pun negara-negara Barat dan Kyiv siap untuk itu.”


Tetapi Rusia belum melihat “kesiapan” dari pihak lawannya, tambah Putin.

Berdiri bersama Presiden Rusia, Xi Jinping mengatakan pemerintahnya menginginkan terwujudnya perdamaian dan dialog antar negara serta bahwa China berada di ‘sisi yang tepat dalam sejarah’.

Ia mengeklaim China berada di ‘posisi imparsial’ terkait perang Ukraina, sehingga negaranya berpotensi menjadi perantara perdamaian.

Kedua pemimpin itu juga membahas pertumbuhan perdagangan, energi, dan hubungan politik antara Rusia dan China.

"China adalah mitra dagang luar negeri utama Rusia," kata Putin.

Sebelumnya, Xi menyebut China dan Rusia sebagai “tetangga dengan kekuasaan luar biasa dan mitra strategis yang komprehensif”.

Menurut media lokal Rusia, kedua pemimpin itu juga:

  • Menandatangani dua dokumen untuk, pertama, mendetilkan rencana kerja sama ekonomi dan, kedua, rencana guna memperdalam hubungan Rusia-China
  • Mencapai kesepakatan tentang pembangunan jalur pipa Siberia untuk mengirim gas Rusia ke China lewat Mongolia
  • Sepakat perang nuklir “harus tidak terjadi”
  • Membahas kekhawatiran tentang Pakta Aukus terbaru, yaitu kesepakatan keamanan antara Australia, Inggris dan AS
  • Menunjukkan kekhawatiran terhadap pengaruh Nato yang menguat di Asia terkait “isu militer dan keamanan”

Ada kekhawatiran yang terus tumbuh di negara-negara Barat bahwa China mungkin akan memberi dukungan militer kepada Rusia.

Berbicara di Brussel, Kepala Nato, Jens Stoltenberg, mengatakan pihaknya tidak pernah “melihat adanya bukti China mengirim senjata berbahaya ke Rusia”.

Tetapi ia menambahkan ada ‘tanda-tanda’ Rusia meminta pengiriman senjata, dan permintaan itu sedang dipertimbangkan China.

Pernyataan gabungan yang diterbitkan oleh China dan Rusia setelah pertemuan Putin dan Xi menjelaskan hubungan dekat antara kedua negara itu tidak berupa “aliansi politik-militer”.

Putin juga menggunakan kesempatan dalam jumpa pers untuk menuding bahwa negara-negara Barat menggunakan senjata “berkomponen nuklir”.

Dia juga mengatakan bahwa Rusia akan “terpaksa bertindak” jika Inggris mengirim senjata uranium terdeplesi (depleted uranium) ke Ukraina.

Menteri Pertahanan Inggris mengatakan depleted uranium merupakan “komponen standar” yang ”sama sekali tidak ada hubungannya dengan senjata nuklir”.

Presiden Xi Jinping menerima sambutan yang meriah saat ia sampai di Kremlin, Selasa (21/3).

Ia mengatakan dirinya “sangat senang” berada di Moskow dan mendeskripsikan perbincangannya dengan Putin bersifat “jujur, terbuka dan ramah”.

Sumber: BBC

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar