China Krisis Penduduk, Populasi di Beijing Turun Drastis
Kebijakan 1 anak berakhir, china perbolehkan warga miliki maksimal 3 anak (AFP)
Jakarta, law-justice.co - Krisis penduduk menghantui ibu kota Cina, Beijing. Pertama kali sejak dua puluh tahun lalu, angka kematian lebih tinggi dibandingkan angka kelahiran.
Tingkat kematian di Beijing, melampaui angka kelahirannya pada 2022. Data resmi menunjukkan pada Selasa, pertumbuhan populasi menjadi negatif untuk pertama kali sejak 2003.
Tingkat kematian di kota berpenduduk 21,84 juta, salah satu pusat kota terpadat di negara itu, naik menjadi 5,72 kematian per 1.000 orang. Sebaliknya tingkat kelahiran turun menjadi 5,67 kelahiran per 1.000 orang, menurut statistik resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Beijing.
Penurunan populasi Beijing sejalan dengan tren nasional. Selama enak dekade terakhir, populasi China turun tahun lalu untuk pertama kalinya. Rendahnya angka kelahiran terbebani oleh kenaikan biaya hidup terutama di kota-kota besar seperti Beijing, pertumbuhan ekonomi yang lemah, dan perubahan sikap dalam membesarkan keluarga.
Pada awal Desember, pencabutan pembatasan ketat COVID-19 secara nasional memicu gelombang infeksi dan menyebabkan kematian dalam jumlah yang tidak diketahui. Tingginya angka kematian itu adalah penyusutan pertama populasi alami Beijing sejak 2003, dengan pertumbuhan populasi alami minus 0,05 per 1.000 orang tahun lalu.
Data tersebut didasarkan pada survei sampel yang dimulai pada 1 November, menurut catatan kaki dalam rilis, yang tidak menyebutkan berapa lama survei tersebut berlangsung. Tingkat kelahiran China tahun lalu adalah 6,77 kelahiran per 1.000 orang, terendah dalam catatan. Sebaliknya tingkat kematian negara itu, tertinggi sejak 1974, adalah 7,37 kematian per 1.000 orang.
Komentar