Pilu di Balik Megahnya Pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo

Sabtu, 18/03/2023 08:00 WIB
Walikota Solo GIbran Rakabuming Raka terima perwakilan pangeran Arab di Solo (Okezone)

Walikota Solo GIbran Rakabuming Raka terima perwakilan pangeran Arab di Solo (Okezone)

Solo, Jawa Tengah, law-justice.co - Di balik megahnya Masjid Raya Sheikh Zayed senilai Rp300 Miliar,ternyata menyimpan cerita memilukan.

Masjid Raya Sheikh Zayed dibangun di Jalan Ahmad Yani, Kota Solo telah dibuka untuk umum pada 28 Februari 2023 lalu

Ternyata selama dua tahun pengerjaan, ada warung yang diutangi pekerja proyek sampai Rp 145 juta.

Pemilik warung makan Restu Bunda, Dian (38) mengaku dari awal para mandor menjanjikan uang makan dibayar tiap dua minggu sekali.

Beberapa kali telat dibayar sampai tak dibayar sama sekali sampai proyek selesai, dan para pekerja bangunan pun sudah tak ada lagi di sana.

Dian menceritakan, ia memang tak langsung menagih begitu para pekerja makan di sana.

Pasalnya, dari awal mandor menjanjikan uang makan akan dibayar tiap dua minggu sekali.

Beberapa kali telat dibayar, sampai akhirnya tak dibayar sama sekali hingga proyek selesai.

"Perjanjiannya tiap dua minggu terbayarkan. Sedangkan dari sisi mandornya perusahaannya enggak on-time. Bahkan terkadang 4 minggu sekali baru dibayarkan," terangnya.

Para pekerja yang berutang di bawah tiga mandor.

Ia menyebut ada mandor berinisial N yang punya tunggakan Rp 65 juta.

Lalu G yang berutang Rp 50 juta.

Mereka sama-sama berasal dari Demak.

Ada pula mandor berinisial G asal Purwodadi, punya utang Rp 30 juta.

"Kemarin kasusnya banyak mandor-mandor ngeluh dipending. Bayaran sekian hanya menerima sekian persen. Mandor harus cari kekurangan dari mana," tuturnya.

Para mandor tersebut beralasan pembayaran dari pihak pengembang yang tersendat sehingga tidak mampu membayar utang tersebut.

Sementara proyek harus tetap berjalan.

"Harus gaji karyawan harus bayar warung. Perusahaan enggak mau tahu. Namanya tenaga enggak makan enggak ada kekuatan," jelas Dian.

Pengerjaan Masjid Raya Sheikh Zayed dilakukan 2021-2022.

Bahkan ada mandor yang sengaja kabur sehingga gaji pekerja proyek dan uang makan tidak dibayarkan.

"2020 awal pengerjaan sampai 2022 banyak yang mental. Setelah bayaran ada yang kabur. Karyawan enggak dibayar warung enggak dibayar. Harus mencari kekurangan dimana," jelasnya.

Ia pun harus mondar-mandir dari Solo mendatangi satu persatu rumah para mandor nakal itu.

Ada sebagian yang mengangsur, tapi jumlahnya tak banyak.

Bila beruntung, sekali datang, ada mandor yang mengangsur Rp 1 juta.

Tapi ada juga yang ribet saat ditagih.

"Kalau saya sendiri mengunjungi mandor itu. Saya datangi rumahnya. Minta gimana kepastiannya. Ada yang kabur. Saya harus ke sana. Mau enggak mau saya tetap tagih," tuturnya.

Saat ini Dian mengaku belum berniat menempuh jalur hukum.

"Ada komitmen makanya saya tempuh jalur kekeluargaan. Saya sudah sabar ya gimana lagi," jelasnya.

Pemilik warung makan Restu Bunda, Dian (38) mengaku harus menjual perhiasan yang dimilikinya agar bisa kulakan dan menjalankan warungnya.

"Ya sedikit demi sedikit. Apa yang ada dijual dulu. Yang punya perhiasan dijual dulu untuk gali lubang tutup lubang," jelasnya saat ditemui TribunSolo.com, Kamis (16/3/2023).

Gibran Angkat Bicara

Mandor dalam proyek Masjid Raya Sheikh Zayed yang identitasnya telah dikantongi oleh Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.

Dikutip TribunWow dari TribunSolo, Gibran pun menyatakan akan menghampiri langsung mandor yang bersangkutan untuk bertanggung jawab.

"Wis ditelpon mandore sing salah (sudah ditelepon mandornya yang salah). Ya enggak tahu itu mandore. Atau dari sub-vendor," jelas Gibran, Kamis (16/3/2023).

Gibran sendiri merasa kasihan terhadap ibu-ibu pemilik warung makan Restu Bunda yang terpaksa menjual perhiasan agar tetap bisa berjualan.

"Yo mesakke toh yo. Utang nganti ratusan juta (ya kasihan lah. Utang hingga ratusan juta)," tuturnya.

Namun Gibran belum berencana untuk menempuh jalur hukum dalam menyelesaikan kasus ini.

"Dirampungke koyo cah lanang (diselesaikan seperti pria). Ngebon nganti satus yuto (utang kok sampai seratus juta). Ojo ditiru," ungkapnya.

Gibran mengaku sudah mengantongi identitas mandor yang akan ia datangi langsung.

"Yo tak parani wonge (ya saya datangi orangnya). Itu kan warga kita. Warga asli Gilingan. Warung diboni sak yuto we ambruk (warung diutangi seratus juta ya ambruk), iki satus yuto. Segera minggu ini," jelasnya.

 

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar