WHO Jadi Frustasi, AS Sengaja Tutupi Data Asal-usul Covid-19

Kamis, 16/03/2023 16:20 WIB
Gedung WHO di New York, AS.

Gedung WHO di New York, AS.

Jakarta, law-justice.co - Politisasi telah membuat penelusuran ilmiah tentang asal-usul Covid-19 menjadi masalah sulit dilakukan, kata para pengamat. Hal ini diungkapkan setelah pakar senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan rasa frustrasinya tentang keengganan Amerika Serikat (AS) dalam berbagi lebih banyak data terkait penelusuran Covid-19.

Jumat kemarin, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa, "jika ada negara yang memiliki informasi tentang asal-usul pandemi, informasi tersebut harus dibagikan kepada WHO dan komunitas ilmiah internasional."

Maria Van Kerkhove, salah satu petinggi WHO, mengatakan via Twitter bahwa dirinya "sangat frustrasi" karena AS tidak memberikan informasi tambahan dari laporannya seputar asal-usul Covid-19.

"Kami (WHO) menyambut dukungan AS dalam mencari asal-usul pandemi Covid-19 dan dalam mencegah pandemi di masa mendatang. Apa yang Anda lakukan saat ini tidak membantu kami dalam mencapai hal tersebut," tulis Maria, dikutip dari laman Global Times, Selasa, 7 Maret 2023.

"Penelusuran asal muasal seharusnya murni di ranah sains. Tapi sejak awal, masalah ini telah bercampur dengan politik. Didorong oleh kepentingan politik, kita telah melihat AS - mulai dari tuduhan yang dibuat oleh FBI hingga Departemen Energi AS - tidak pernah berhenti mempolitisasi masalah ini," kata seorang pakar senior dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok kepada Global Times, yang meminta namanya tidak disebutkan.

"Mengenai masalah pelacakan asal-usul, AS memilih berpura-pura tuli mendengar tanggapan berbasis fakta dari negara lain. Mereka hanya ingin menyelidiki negara-negara yang dicurigai, tetapi tidak mengizinkan komunitas internasional untuk menyelidiki sendiri untuk menjadi tersangka dalam masalah ini," tutur seorang ahli yang berbasis di Beijing.

Ia menambahkan, pola pikir AS dalam menangani masalah penelusuran asal-usul sama persis dengan cara Washington mengatasi masalah diplomatik, yaitu memegang mentalitas hegemonik serta standar ganda.

"Mengingat rekam jejak komunitas intelijen AS dalam mengarang cerita, hanya ada sedikit kredibilitas dalam kesimpulan mereka. AS tidak akan berhasil mendiskreditkan Tiongkok dengan mengulangi teori `kebocoran laboratorium,`" tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri TIongkok Mao Ning pada Rabu pekan lalu.

Sebelumnya, Departemen Energi AS mengatakan bahwa Covid-19 kemungkinan berasal dari sebuah insiden kebocoran laboratorium di Tiongkok. Biro Investigasi Federal (FBI) juga mengeluarkan pernyataan serupa beberapa hari setelahnya.

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar