Sebanyak 52 Siswa Bengkulu Sayat Tangan Sendiri, Alasannya Bikin Miris

Minggu, 12/03/2023 12:51 WIB
Ilustrasi Mayat (Foto:Pixabay)

Ilustrasi Mayat (Foto:Pixabay)

Jakarta, law-justice.co - Sebanyak 52 pelajar di Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu nekat melukai (Menyayat) tangannya sendiri.

Polisi kemudian mengungkap tiga alasan di balik aksi nekat para pelajar yang masih duduk di bangku SMP itu.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkulu Utara, Fahruddin, menjelaskan para siswa itu sengaja melukai tangan karena terpengaruh konten di media sosial TikTok.

Pihaknya telah memanggil orang tua para siswa itu, untuk dimintai keterangan demi mengetahui latar belakang aksi itu.

"Bila telah hadir semua besok kita akan mengetahui apa latar belakang yang sebenarnya, dan dugaan sementara karena pengaruh media sosial," jelasnya seperti melansir detik.com.

Mendapatkan informasi itu, polisi kemudian melakukan penyelidikan. Selain mengikuti tren media sosial, aksi itu dilakukan karena para murid tersebut mencari jati diri dan dimarahi orang tua.

Kapolres Bengkulu Utara, AKBP Andy Pramudya Wardana, mengatakan pihaknya sudah bertemu dengan orang tua murid, sekolah dan dinas pendidikan untuk membahas aksi nekat para murid itu. Dari pertemuan itu akhirnya diketahui alasan pelajar itu menggores tangannya.

"Hari ini telah dilaksanakan pertemuan terkait berita 52 siswa/siswi SMP yang menyayat tangan sendiri, ingin mencari jati diri setelah melihat media sosial," kata, Sabtu (11/3/2023).

Andy mengatakan persoalan ini telah dibahas di sekolah para pelajar itu. Dalam pembahasan itu diputuskan agar persoalan ini diselesaikan dan diminta agar pelajar lainnya untuk tidak meniru.

"Permasalahan adanya 52 orang pelajar menyayat tangan telah selesai dan tidak menjadi polemik lagi. Dan bersama dinas pendidikan akan mengimbau agar tidak ditiru oleh sekolah lain," sebut Andy.

Andy menjelaskan ada tiga faktor yang menyebabkan para pelajar ini melukai tangannya. Termasuk persoalan mencari jati diri dan karena dimarahi orang tua di rumah.

"Mencari jati diri, meniru yang dilakukan media sosial dan karena faktor dimarahi orang tua di rumah," ungkap Andy.

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar