FBI Sebut Insiden Laboratorium di China Penyebab Pandemi Covid-19

Rabu, 01/03/2023 14:20 WIB
Ilustrasi Agen Federal Bureau of Investigation (FBI)

Ilustrasi Agen Federal Bureau of Investigation (FBI)

New York, AS, law-justice.co - Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) meyakini bahwa kemunculan virus COVID-19 kemungkinan besar berasal dari insiden di sebuah laboratorium yang dinaungi oleh pemerintah Partai Komunis China.

Pernyataan itu disampaikan oleh Direktur FBI, Christopher Wray, dalam wawancaranya dengan Fox News, pada Selasa (28/2/2023).

Sementara klaim tersebut, dikatakan berasal dari hasil penilaian yang dilakukan FBI selama beberapa waktu. “FBI telah cukup lama menilai bahwa asal mula pandemi ini kemungkinan besar berasal dari insiden laboratorium,” ujar Wray.

Pejabat yang telah menjadi Direktur FBI sejak 2017 itu menambahkan, pemerintah Beijing selama ini berusaha menggagalkan dan mengaburkan upaya untuk mengidentifikasi penyebab munculnya pandemi global tersebut.

“Dan itu sangat disayangkan bagi semua orang,” komentar Wray.

Dikutip dari BBC, ini adalah konfirmasi publik pertama atas penilaian rahasia FBI terkait asal-usul virus COVID-19.

Komentar Wray juga muncul sehari usai Duta Besar Amerika Serikat untuk China, Nicholas Burns, mendesak otoritas Negeri Tirai Bambu untuk lebih transparan dan jujur atas apa yang terjadi tiga tahun yang lalu — ketika pandemi COVID-19 mulai mendunia.

Ketika pandemi COVID-19 berada di titik puncaknya, beredar berbagai teori konspirasi yang menyebut bahwa virus corona berasal dari insiden kebocoran di sebuah laboratorium di China.

Namun, para otoritas kesehatan dunia memandang teori itu tidak tepat.

Secara terbuka mereka menilai bahwa kecil kemungkinan virus corona dapat dibuat di dalam laboratorium sebelum bocor dan mulai menyebar. Argumen serupa disampaikan oleh pihak Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebelumnya.

Sebuah investigasi yang diluncurkan oleh WHO menyatakan, teori kebocoran laboratorium tersebut sangat tidak mungkin.

Namun, usai laporan investigasi itu menuai kritik tajam dari publik, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, akhirnya menyerukan penyelidikan baru. “Semua hipotesis tetap terbuka dan membutuhkan penelitian lebih lanjut,” ungkap Ghebreyesus.

Lebih lanjut, beberapa penelitian menunjukkan bahwa virus corona dapat berpindah dari hewan ke manusia.

Hasil penelitian itu menjelaskan, virus yang telah menelan jutaan korban jiwa tersebut kemungkinan besar berasal dari sebuah pasar di Wuhan — di mana makanan laut dan satwa liar diperjualbelikan di sana.

Pasar ini berjarak sekitar 40 menit berkendara dari salah satu laboratorium virologi terkemuka di dunia, Institut Virologi Wuhan — yang juga melakukan penelitian terhadap virus corona.

Selain itu, sebuah laporan yang dirilis oleh badan intelijen AS pada Oktober 2021 mengatakan, terdapat keyakinan rendah bahwa virus corona berasal dari hewan yang terinfeksi lalu ditularkan ke manusia.

Meski demikian, sampai sekarang pertanyaan soal asal-usul COVID-19 masih abu-abu. Badan pemerintah AS lainnya memiliki kesimpulan yang berbeda dengan FBI — dengan tingkat kepercayaan yang berbeda-beda pula terhadap hasil temuan mereka.


Pada Minggu (26/2), media AS melaporkan bahwa Kementerian Energi masih ragu atas pernyataan bahwa virus COVID-19 berasal dari kebocoran di laboratorium.

Sementara dua hari setelahnya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan, Presiden Joe Biden mendukung upaya jajaran pemerintahannya untuk mengidentifikasi kemunculan virus corona.

Namun, hingga berita ini dirilis dan terlepas dari konfirmasi publik FBI, AS masih belum merilis pernyataan resmi berdasarkan konsensus mengenai asal muasal virus corona. “Kita belum sampai di sana,” ungkap Kirby.

“Jika kami memiliki sesuatu yang siap untuk disampaikan kepada rakyat Amerika dan Kongres, kami akan melakukannya,” tutup dia.

 

(Kiki Agung\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar