Nanik S Deyang

Menjadi Manusia Merdeka Pasca Prabowo Vs Jokowi, Oportunis Politik

Minggu, 19/02/2023 10:24 WIB
Janji Prabowo kepada Presiden Jokowi (suara)

Janji Prabowo kepada Presiden Jokowi (suara)

Jakarta, law-justice.co - Saya menulis ini sebetulnya berat banget, selain juga karena ini akan menjadi bagian yang akan saya tulis dalam buku saya kelak.

Noel dan kawan-kawannya inilah yang melaporkan Pak Prabowo, saya , Pak Amien Rais, Fadli Zon , Said Iqbal dll ke polisi berkait dengan oplas Ratna Sarumpet yang kemudian pada kami Ratna mengaku dipukuli orang.

Dan di antara orang yang dilaporkan itu, yang sering dipanggil-panggil polisi saya dan Pak Amin Rais serta Pak Said Iqbal. Fadli Zon tidak dipanggil karena anggota DPR.

Peristiwa itu adalah puncak dari puncak kesedihan saya di dunia. Saya sebagai orang yangg pernah menerima predikat sebagai "Wartawan Nomer Satu di Indonesia" dari PWI, malah menjadi buronan wartawan!

Bahkan wartawan terus menyudutkan saya seolah menjadi pihak yang layak diadili. Tidak ada sama sekali keberpihakan wartawan kala itu! Berita-berita di portal, koran, TV bergantian menghajar saya dan orang-orang di atas.

Bahkan saat saya dipanggil polisi dan pernah diperiksa selama 15 jam, begitu keluar saya dikerumuni wartawan sudah seperti penjahat yang paling jahat! Pokoknya inilah neraka dunia saya!

Gara-gara melihat saya di TV beberapa kali dipanggil polisi, ibu saya yang berusia 80 tahun mengalami stroke dan linglung, Kimby psikologisnya hancur (saya belum bisa cerita sekarang gak kuat nulisnya, karena sebagai Ibu, melihat hak anaknya direnggut begitu saja, hanya karena saya orangnya Pak PS).

Tak hanya itu, suami saya yang punya karier bagus, namun karena jauh dari Jakarta, akhirnya memilih mundur dari pekerjaannya karena gak kuat lihat saya dipanggilin polisi terus (yang melaporkan saya berganti-gantian pada kasus yang sama yaitu Sarumpet), dan juga tidak tega lihat psikologis Kimby serta keluarga semua yang hari-harinya hanya diisi tangisan.

Selain Ibu, satu per satu kakak saya jatuh sakit, bahkan adik saya sampai sakit linga-lung. Maklum saya adalah penanggungjawab dan panutan keluarga besar.

Tak hanya satu orang yang melaporkan saya, tapi banyak orang dari kawan-kawan Noel, sampai saya mengalami tremor dan tidak bisa melihat amlop berwarna coklat. Setiap lihat amlop coklat (panggilan polisi) saya kejang-kejang dan setelah itu bengong.

Tidak tahan melihat penderitaan saya, Pak Prabowo sampai minta saya sekeluarga diam-diam minggat saja ke Luar Negeri. Saya menolak, saya akan hadapai meski saya babak belur. Ini negara saya, dan saya akan hadapai apapun yang terjadi, sampai resiko terburuk pun.

Saya terus mendekat pada Allah, shalat tepat waktu dan shalat-shalat sunnah apapun saya lakoni. Allah Maha Besar dan Maha Adil dan Maha Pemberi Jalan, juga Maha Pembela.

Saya tidak mau detail menulis, nanti saja dalam buku saya detail akan saya cerita, pokoknya Allah tetiba memberi Muk`jizat saya bisa bertemu langsung Kapolri waktu itu, Pak Tito Karnavian.

Saya juga belum akan bercerita bagaimana dramatisnya pertemuan saya dengan Kapolri waktu itu, yang jelas akhirnya semua berbalik 180 derajat. Pak Kapolri menginstruksikan menghentikan pemanggilan kepada saya, karena tidak ada sedikit pun kesalahan saya.

Saya menulis di FB sesui cerita Ratna Sarumpet saat dia bertemu Pak Prabowo di Pacuan Kuda milik Pak PS. Semua cerita saya tulis berdasarkan cerita Ratna Sarumpet, tidak saya tambahi-tidak saya kurangi.

Saya mungkin orang ke 100 atau bahkan ke 1000 yg menulis di medsos, karena sebelum saya menulis di FB, foto Ratna yg mukanya bonyok sudah beredar dan cerita Ratna dianiaya sdh beredar di medsos maupun di media massa.

Lah bagaimana sy dituduh menebar hoax , kalau cerita Ratna babak belur sudah beredar duluan sebelum saya menulis di FB? Ini yg saya sampaikan berkali -kali ke polisi sebetulnya.

Polisi sendiri sebetulnya seperti bingung tiap memeriksa saya, tapi karena ada pesan khusus jadi polisi ya harus terus mencari -cari celah saya.

Lalu apa targetnya untuk saya sebenarnya? Menurut sumber di kepolisian, saya mau dijadikan TERSANGKA, juga Pak Amien Rais, karena kami berdua dianggap orang paling dekat dan dengar Pak PS.

Cukup penderitaan saya? Belum, di saat babak belur saya dipanggil polisi terus, dan keluarga saya psikologisnya hancur, Ibu saya berkali -kali keluar masuk RS karena stroke, saya dihantam oleh orang-orang Pak PS yang melapor ke Pak PS bahwa saya sebenarnya MATA-MATA Pak Jokowi ....edyan!!!!!!

Saya disidang Pak PS di saksikan Pak Said Iqbal (Ketua Partai Buruh sekarang), kebetulan Pak Said ikut dipanggil karena Pak Said juga sama seperti saya ikut sering dipanggil polisi karena dia yang pertama menghubungi Pak PS saat Sarumpet ngaku digebukin orang.

Pas di ruangan Pak PS, beliau menanyakan pada saya apakah saya mata-mata Pak Jokowi? Saya langsung melolong panjang sekali, saya hilang kendali menangis bergulig-guling di lantai ruangan Pak PS.

Bagaimana tidak? 15 perusahaan saya dipailitkan, dan akhirnya hancur, hampir 10 tahun saya menjadi manusia terbully di dunia, bahkan dibidik menjadi tersangka, Ara akan diculik di sekolahnya, bahkan sampai saya hampir nyerah , dan minta Allah mencabut nyawa saya, kok dituduh menjadi mata-mata Pak Jokowi???????

Saya ingat kata-kata Pak Said Iqbal kala itu ke Pak PS, "Pak Prabowo saya saksi bagaimana menderitanya Mbak Nanik bolak-balik dipanggil polisi, dan saya juga saksi dan bersumbah bahwa Mbak Nanik bukan mata-mata pihak Jokowi. Dia manusia tulus Pak dan benar-benar berjuang untuk Bapak," kata Pak Said Iqbal.

Singkatanya Pak Prabowo, yang sempat termakan omongan orang-orangnya, akhirnya minta maaf, bahkan berulang-ulang minta maaf pada saya. Saya lihat beliau benar-benar menyesel sempat menuduh saya sebagai mata-mata Pak Jokowi. Saya bisa memaklumi mungkin Pak PS kalut, karena beliau juga ikut yang dilaporkan polisi.

Bukan hanya Pak PS yang menuduh saya menjadi mata-mata Pak Jokowi, Alm Bu Rachmawati bahkan membuang muka kalau ketemu saya dan mendiamkan saya. Pak Amien Rais pun akhirnya juga ikut menuduh saya, pendek kata orang-orang yang tadinya berkawan dan ada dalam satu barisan, melihat saya seperti manusia pengkhianat dan musuh bersama.

Di Medsos dan di WAG, saya disebar-sebarkan juga sebagai mata-mata pak Jokowi yang mengatur skenario agar Pak PS dan orang-orangnya bisa dijebloskan di penjara lewat kasus Ratna Sarumpet.

Saya benar-benar tidak habis pikir dan hilang akal, bagaimana saya yang dilaporkan selusin orang-orang Pak Jokowi, kok saya malah dituduh mata-mata Pak Jokowi?

Teman-teman cerita ini saya simpan dalam-dalam sebetulnya, tapi ini saya ulas secuil saja karena saya lihat Noel Cs yang sempat meluluhluntankan hidup saya dan keluarga, ternyata sekarang sudah menjadi pembela Pak PS, saya ikut bersyukur, tidak ada dendam di hati saya.

Saya hanya bersyukur bagaimana hidup saya pernah berada di titip nadir pada satu kasus yang saya sama sekali tidak tahu dan tidak terlibat bisa dihimpit kanan-kiri. Saya tidak masuk rumah sakit jiwa saja, ini rasanya juga sebagai bentuk kasih Allah yang luar biasa pada saya.

Bayangkan dari kubu Pak Jokowi saya dituduh ikut merekayasa drama Sarumpet dan menyebar berita hoax, targetnya saya jadi tersangka!

Dari kubu Pak PS saya dituduh mata-mata Pak Jokowi, karena saya katanya ikut mendorong diadakannya jumpa pers pada kasus Sarumpet, dan saya menyebut salah satu sesprinya Pak PS saat diperiska polisi....sudahlah saya gak kuat lagi nulisnya.

Yang jelas saya ikut bahagia dua kubu yang menghantam saya kala itu, kini berangkulan dan saya tetap berdiri sebagai Nanik S Deyang, manusia yang terhantam jab fitnah kanan -kiri, namun kini menjadi manusia KUAT yang merdeka.

Allah menjadikan saya sekarang lebih kuat atas penderitaan saya. Buktinya meski tertatih-tatih saya kuat menulis dan tentu harus bisa memaafkan siapapun.

Ini hanya true story 5 persen saja, nanti bila ada umur panjang, Mbak Agie Betha dan tim akan membuat buku yang mudah-mudahan akan bisa menjadi pelajaran sejarah untuk anak-anak muda kelak.

Saya menjadi "abu", dalam peperangan Pak Prabowo vs Pak Jokowi, tapi Insyallah saya akan bermanfaat minimal untuk keluarga saya.

Makanya sering saya pesan ke teman-teman, jangan pernah percaya dengan politik! Lihatlah saat anda cari di google dimana nama saya yang muncul bukanlah berita baik, tapi berita yang merendahkan saya, dimana seolah saya manusia odong-odong penebar hoax, tapi orang yang membuat nama saya di google muncul sebagai penebar hoax, sekarang sudah berangkulan dengan Pak PS.

Siapa yang akan mengambil beban berat hati Kimby, Ara, suami dan keluarga atas berita-berita di google bahwa ibunya/ istrinya/ anaknya seolah sebagai tukang penebar hoax?

Siapa yang bisa mengobati luka bathin mereka? Padahal yang membuat berita ibunya/istrinya/anaknya muncul di google jelek itu , sekarang menikmati manisnya suka cita menjadi tim sukses Pak PS.

Apakah saya sakit hati? Tidak sama sekali! Mengapa saya tidak sakit hati, karena kalau saya sakit hati, saya tidak bisa mengajari suami, anak-anak saya dan keluarga saya untuk hidup tidak mendendam. Saya terus merecovery hati mereka hingga sekarang.

Selamat bergabung , Ferdinand H yang kerap menyakiti umat, Abu Janda dan juga Noel CS dengan tim Pak Prabowo. Tidak ada permusuhan yg abadi, jadi ya biasa saja, ah udah capai nulisnya, mau makan dulu dan menikmati kopi, minimal saya jadi juara utk diri saya, karena saya tidak "kemana-mana" saya hanya punya Rab dan akan selalu mengandalkan Rab saya!

(Tim Liputan News\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar