Jokowi Akhirnya Buka Suara soal Tangisan Korban Indosurya-Jiwasraya Cs

Senin, 06/02/2023 13:51 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meluncurkan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri Indovac pada Kamis, 13 Oktober 2022 (Foto: Sekretariat Presiden)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meluncurkan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri Indovac pada Kamis, 13 Oktober 2022 (Foto: Sekretariat Presiden)

Jakarta, law-justice.co - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan tegas meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan setiap produk asuransi, pinjaman online, investasi, tour haji dan umrah yang ditawarkan kepada masyarakat aman dan tidak merugikan.

Diaa tidak ingin kasus yang menimpa nasabah Jiwasraya, Asuransi Bumiputera, Wanaartha dan sejumlah masalah di industri jasa keuangan lainnya terjadi lagi. Dia tak ingin mendengar lagi tangisan korban investasi sebagaimana dia pernah dengar.

"Indosurya, Wanaartha, unit link. Ini harus mikro satu-satu diikuti karena rakyat yang nangis, rakyat itu hanya minta satu; duit saya balik, uang saya balik. Karena waktu saya ke Tanah Abang menangis semua karena banyak yang kena itu. Waktu di Imlek juga sama, nangis-nangis itu juga, di Surabaya nangis-nangis itu juga," katanya saat memberikan sambutan dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2023, Senin (6/2).

Dia juga meminta kepada lembaga tersebut untuk selalu melaksanakan fungsi pengawasan terhadap industri jasa keuangan secara mendetail.

Hal itu perlu dilakukan supaya masyarakat terlindungi dari produk asuransi, investasi, biro perjalanan haji yang merugikan.

"Mengenai perlindungan, saya melihat masyarakat memerlukan perlindungan yang pasti terhadap produk jasa keuangan baik yang namanya asuransi, pinjol, investasi, tour haji dan umrah. Betul-betul pengawasan harus detail," katanya.

Jokowi mengatakan pengawasan yang benar-benar ketat diperlukan supaya kepercayaan masyarakat terhadap industri jasa keuangan terjaga.

Pasalnya kata Jokowi, kalau sampai kepercayaan masyarakat terhadap industri keuangan runtuh, itu bisa berdampak besar.

Untuk menggambarkan besarnya dampak itu, Jokowi mencontohkan pada kasus yang terjadi pada Gautam Adani, taipan India yang kehilangan harta sampai dengan Rp1.800 triliun hanya dalam sepekan akibat laporan Hindenburg Research yang dirilis pada 24 Januari 2023.

Laporan tersebut menyebut perusahaan Adani telah melakukan penipuan melalui short seller.

"Hati-hati ada peristiwa besar, minggu kemarin Adani di India, makronya, negara bagus, mikronya ada masalah, mikro hanya 1 perusahaan Adani. Dia kehilangan US$120 miliar, hilang langsung, dirupiahkan Rp1.800 triliun. Jangan sampai ada yang lolos seperti itu. Karena goreng-gorengan, Rp1.800 triliun. Itu 1/4 nya PDB India hilang," katanya.

"Yang terjadi apa? capital outflow, modal asing semua keluar, rupee jatuh. Hati-hati terhadap hal ini," katanya.

Dia juga meminta OJK untuk memastikan agar kasus Asabri, Jiwasraya terulang lagi.

"Saya minta betul urusan asuransi utamanya pinjol, investasi dilihat betul, jangan sampai kejadian Asabri, Jiwasraya, Rp17 triliun, Rp23 triliun," katanya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar