Ngeri, 13.000 Warga China Tewas dalam Sepekan Akibat Covid-19

Senin, 23/01/2023 20:40 WIB
China masih menghadapi lonjakan besar kasus varian omicron dan memberlakukan lockdown (Reuters)

China masih menghadapi lonjakan besar kasus varian omicron dan memberlakukan lockdown (Reuters)

Jakarta, law-justice.co - China melaporkan hampir 13.000 kematian terkait Covid di rumah sakit antara 13 dan 19 Januari 2023. Data itu diungkap setelah seorang pejabat tinggi kesehatan mengatakan sebagian besar penduduk telah terinfeksi oleh virus tersebut.

Sepekan sebelumnya, China mengatakan hampir 60.000 orang telah meninggal karena Covid di rumah sakit pada 12 Januari 2023. Ada keraguan bahwa data resmi itu tak mencerminkan yang sebenarnya sejak Beijing tiba-tiba menghentikan kontrol anti-virus bulan lalu.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu bahwa 681 pasien rawat inap telah meninggal karena gagal napas yang disebabkan oleh infeksi virus corona. Sebanyak 11.977 telah meninggal karena penyakit lain yang dikombinasikan dengan infeksi selama periode tersebut.

Angka tersebut tidak termasuk mereka yang meninggal akibat virus di rumah.

Airfinity, sebuah perusahaan peramalan independen, memperkirakan kematian akibat Covid setiap hari di China akan mencapai puncaknya sekitar 36.000 selama liburan Tahun Baru Imlek. Perusahaan itu juga memperkirakan lebih dari 600.000 orang telah meninggal akibat penyakit itu sejak China meninggalkan kebijakan nol-Covid pada Desember.

Puluhan juta orang telah melakukan perjalanan ke seluruh negeri dalam beberapa hari terakhir untuk reuni yang telah lama ditunggu-tunggu dengan keluarga. Pergerakan manusia mencapai puncak di tengah Hari Raya Imlek, hari libur terbesar dalam kalender lunar yang jatuh pada hari Minggu. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan wabah baru.

Tetapi seorang pejabat tinggi kesehatan mengatakan China tidak akan mengalami gelombang kedua infeksi covid dalam dua hingga tiga bulan ke depan setelah jutaan orang kembali ke desa-desa untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Sebab hampir 80 persen populasi telah terinfeksi virus tersebut.

"Meskipun sejumlah besar orang yang bepergian selama Festival Musim Semi dapat mendorong penyebaran epidemi sampai batas tertentu, gelombang epidemi saat ini telah menginfeksi sekitar 80 persen orang di negara tersebut," kata Wu Zunyou, kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, kata dalam postingan di platform Weibo yang mirip Twitter di China pada hari Sabtu.

"Dalam jangka pendek, misalnya, dalam dua hingga tiga bulan ke depan, kemungkinan gelombang kedua epidemi di seluruh negeri sangat kecil."

Otoritas transportasi China memperkirakan bahwa lebih dari dua miliar perjalanan akan dilakukan bulan ini hingga Februari, bertepatan dengan Hari Raya Imlek yang merupakan salah satu pergerakan massal manusia terbesar di dunia.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar