Startup yang Masuk Forbes Diduga Ditipu JP Morgan, ini Modusnya

Senin, 16/01/2023 14:40 WIB
JP Morgan (foto: Bloomberg)

JP Morgan (foto: Bloomberg)

Jakarta, law-justice.co - JP Morgan Chase diduga ditipu pendiri startup Frank yang pernah masuk Forbes 30 Under 30, yakni Charlie Javice. Perusahaan keuangan berbasis di Amerika Serikat (AS) ini pun mengajukan gugatan.

JP Morgan mengakuisisi Frank US$ 175 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun pada September 2021. “Tujuannya, memperdalam hubungan perusahaan dengan mahasiswa,” kata petinggi kepada CNBC Internasional Jumat (13/1/2023) lalu

Frank menyediakan perangkat lunak (software) yang memudahkan mahasiswa mengajukan bantuan keuangan.


Saat mengakuisisi, JP Morgan memuji Frank sebagai platform perencanaan keuangan untuk mahasiswa dengan pertumbuhan tercepat. Aplikasi ini digunakan oleh lebih dari lima juta mahasiswa di 6.000 institusi.

JP Morgan bahkan menawarkan pendiri Frank, Javice untuk bergabung di perusahaan.

Namun JPMorgan Chase menutup situs web Frank pada Kamis lalu (12/1). Raksasa keuangan ini menuduh Javice membuat hampir empat juta akun pelanggan Frank palsu.

JPMorgan mempelajari kebenaran tersebut, setelah mengirimkan email pemasaran ke 400 ribu pelanggan Frank. Sekitar 70% email bounch back atau tidak dapat terkirim.

Bank tersebut pun mengajukan gugatan ke pengadilan federal bulan lalu.

Perusahaan keuangan itu pun menjelaskan rincian dugaan penipuan, sebagai berikut:

  1. Javice mendekati JPMorgan pada pertengahan 2021 tentang kemungkinan penjualan
  2. Javice dinilai berbohong tentang skala startup
  3. JP Morgan meminta Javice membuktikan data basis pelanggan Frank selama proses uji tuntas atau due diligence
  4. Javice diduga meminta kepala teknis membuat akun pelanggan palsu menggunakan algoritme, namun ditolak
  5. Javice kemudian diduga menggaet profesor ilmu data di perguruan tinggi di New York untuk membuat jutaan akun palsu. Javice diduga bertanya kepada profesor, "Apakah email palsu akan terlihat nyata dengan pemeriksaan mata atau lebih baik menggunakan ID unik?"
  6. Alih-alih mendapatkan bisnis dengan 4,25 juta siswa, JPMorgan hanya memperoleh kurang dari 300 ribu pelanggan

“JPMorgan mengetahui hal itu karena memiliki akses ke email Frank setelah mengakuisisi sistem teknologi sebagai bagian dari akuisisi,” kata seseorang yang mengetahui situasi tersebut.

Pengacara Javice mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa JPMorgan membuat alasan untuk memecat dirinya akhir tahun lalu. “Untuk menghindari pembayaran utang jutaan dolar kepadanya,” kata dia.

Javice pun menggugat JPMorgan, dengan mengatakan bahwa bank tersebut harus mengajukan tagihan hukum yang dia keluarkan selama penyelidikan internal.

"Setelah mengakuisisi bisnis Javice, JPM menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja di bawah undang-undang privasi siswa, melakukan pelanggaran dan kemudian mencoba untuk mengubah kesepakatan," kata pengacara Alex Spiro kepada The Wall Street Journal.

Juru bicara JPMorgan Pablo Rodriguez menanggapi pernyataan pengacara Javice tersebut. “Tuntutan hukum kami terhadap Ms. Javice dan Mr. Amar (profesor data) tercantum dalam pengaduan, bersama dengan fakta-fakta kuncinya,” katanya.

"Ms. Javice bukan whistleblower. Setiap perselisihan akan diselesaikan melalui proses hukum,” tambah dia.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar