Potensi Gempa Disertai Tsunami di Jayapura, Begini Penjelasan BMKG

Rabu, 04/01/2023 07:00 WIB
Ilustrasi Gempa. (UGM).

Ilustrasi Gempa. (UGM).

Jakarta, law-justice.co - Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok II Jayapura, Heri Purnomo mengatakan, surutnya air laut di beberapa tempat di Kota Jayapuira terpantau normal dan bukan pertanda tsunami.

Pernyataan Heri tersebut untuk mengklarifikasi informasi yang beredar di masyarakat bahwa Kota Jayapura bakal dilanda gempa yang disusul oleh tsunami.

"Berkaitan dengan data pasang surut air laut di Kota Jayapura, sesuai dengan data memang dalam 24 jam normalnya mengalami 2 kali pasang dan 2 kali surut," kata Heri dikutip Rabu (3/1/2022)

Heri mengatakan, air pasang yang terjadi pada Selasa malam ini puncaknya terjadi pada pukul 23.00 WIT dengan tinggi pasang sampai 0,2 meter.

"Kalau berkaitan dengan gempa atau tsunami yang banyak menjadi pertanyaan, memang dapat diinformasikan tsunami itu tidak terjadi begitu saja atau secara tiba-tiba," jelasnya.


Ia mengatakan secara umum syarat atau indikator terjadinya tsunami apabila adanya gempa berkekuatan minimal magnitudo 6,9 atau di atasnya.

"Kemudian pusat gempa harus terjadi di laut dan kedalaman kurang lebih 10 km, dengan energi besar tersebut baru kemudian berpotensi mengangkat gelombang ke daratan," kata dia.

Pasien RS Jayapura Dievakuasi ke Luar Ruangan

Kota Jayapura, Papua, kembali diguncang gempa bumi tektonik dengan kekuatan 5.2 Magnitudo pada Selasa (3/1/2023), sekira pukul 21.55 WIT.

Gempa bumi tersebut membuat mayoritas masyarakat Kota Jayapura dan sekitarnya panik dan berlarian keluar gedung atau bangunan.

Termasuk pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura yang dievakuasi keluar ruangan.

Puluhan pasien RSUD Jayapura tersebut saat ini berada di area parkir rumah sakit.

Pasien yang mayoritas anak-anak tersebut dievakuasi demi menghindari hal yang tak diinginkan paska-gempa cukup kuat.

Iya tadi suster dan perawat langsung suruh kita keluar dari ruangan, evakuasi ke parkiran di sini," kata Ronald Tetelepta, Selasa (2/1/2023).

Ronald Tetelepta sendiri memang sempat panik saat terjadinya gempa berkekuatan 5.2 Magnitudo tersebut.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar