Pesawat Delay, Menhub Pastikan Kompensasi Penumpang Tetap Dibayar

Sabtu, 24/12/2022 18:30 WIB
Ilustrasi kepadatan Bandara Soetta (Law-Justice)

Ilustrasi kepadatan Bandara Soetta (Law-Justice)

[INTRO]
Puncak arus mudik libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru) terjadi kemarin (23/12). Ratusan ribu orang tercatat meninggalkan Jakarta dan sekitarnya dengan berbagai moda transportasi.

Pada moda transportasi udara, tercatat lebih dari 1.040 penerbangan (take off dan landing) di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Kota dan Kabupaten Tangerang, pada waktu puncak arus keberangkatan Nataru. Jumlah itu disertai pergerakan 150 ribu orang.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan, tren peningkatan jumlah penumpang di masa libur Nataru ini sekaligus menandai kebangkitan penerbangan di Indonesia. Terlebih, recovery rate sudah lebih dari 90 persen.

“Kemarin (Kamis, Red) sudah melampaui 1.000 flight, yaitu 1.040 flight per hari. Hari ini (Jumat, Red) mungkin lebih,” ucap Budi Karya saat meninjau arus mudik Nataru di Bandara Soetta kemarin.

Di tengah meningkatnya frekuensi penerbangan, BKS meminta semua pihak menyiapkan sarana-prasarana penerbangan dengan baik. Mulai dari maskapai, pihak Angkasa Pura (AP), hingga ground handling. Dia juga mengingatkan agar peningkatan itu tetap diikuti keamanan dan pelayanan maksimal.

Terkait penundaan yang dialami penumpang, BKS memastikan maskapai akan mematuhi aturan terkait kompensasi yang harus diberikan. 
 
Merujuk Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 89 Tahun 2015, penumpang yang mengalami keterlambatan pesawat 30–60 menit bakal mendapat kompensasi berupa minuman ringan, 61–120 menit kompensasi berupa minuman dan makanan ringan, 121–180 menit mendapat minuman dan makanan berat, 181–240 menit mendapat kompensasi makanan dan minuman ringan, ditambah makanan berat. Lebih dari itu, penumpang mendapat ganti rugi uang tunai Rp 300 ribu. 
 
“Kita pastikan apa yang menjadi hak penumpang akan diharuskan bayar,” ujarnya.

Menhub juga meminta sejumlah bandara mengoptimalkan jam operasional selama momen Nataru. Jika sebelumnya jam operasional hanya 12 jam, kini dapat diperpanjang hingga 15–18 jam. Jadi, bisa memaksimalkan frekuensi take off-landing pesawat.

Dia juga mewanti-wanti maskapai agar tidak menetapkan harga terlalu tinggi untuk perjalanan Nataru. Supaya masyarakat yang merayakan Natal bisa terlayani dengan baik. 
 
“Karena banyak saudara kita yang mau Natalan ke Papua, Ambon, NTT,” katanya.

Mantan Dirut PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk itu juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama momen Nataru. 
 
Kondisi tersebut diprediksi terjadi hingga awal Januari 2023. Cuaca ekstrem itu pernah memicu banjir di jalur tol pada 2020.

Karena itu, beberapa titik jalan juga menjadi perhatian lantaran berpotensi terjadi banjir akibat cuaca ekstrem. Di antaranya, Km 136 Cipali, Km 151 Cipali, dan jalan nasional di jembatan Sungai Cipunagara, Subang.

Kemenhub berkoordinasi dengan kepolisian, BMKG, Kementerian PUPR, Jasa Marga, dan unsur terkait lainnya untuk mengantisipasi risiko itu. Tak terkecuali kepadatan arus saat momen Nataru. 
 
’’Untuk menanggulangi cuaca ekstrem yang dapat memicu banjir di jalan tol, upaya yang dilakukan dengan membuat gorong-gorong di jalan tol dan melakukan rekayasa pembuatan hujan,’’ ungkapnya.

Sementara itu, untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas (lalin), telah disiapkan manajemen rekayasa lalu lintas seperti one-way atau contraflow. Jalur tol Jakarta, Cikampek, hingga Semarang menjadi titik krusial kepadatan di masa libur Nataru. Hingga pukul 19.00 WIB, kenaikan arus terjadi di sejumlah ruas tol menuju Bandung dan tol trans-Jawa. Diperkirakan, puncak arus terjadi tadi malam.

(Givary Apriman Z\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar