Hasil Analisa Ahli Psikologi Forensik Kematian Keluarga Kalideres (1)

Jum'at, 09/12/2022 18:40 WIB
Kasus kematian keluarga Kalideres (Net)

Kasus kematian keluarga Kalideres (Net)

Jakarta, law-justice.co - Akhirnya terungkap alasan di balik temuan buku mantra, kemenyan, serta klentingan mungil atau buli-buli di rumah sekeluarga tewas di Kalideres, Jakarta Pusat.

Ternyata temuan buku mantra, kemenyan, serta klentingan mungil itu bukan karena sekeluarga tewas di Kalideres ini menganut sekte tertentu.

Hal ini terungkap setelah ahli psikologi forensik melakukan otopsi terhadap jenazah sekeluarga tewas di Kalideres.

Hasil otopsi psikologi forensik hanya mengungkap adanya perilaku tak lazim dari salah satu korban yakni, Budyanto Gunawan (69).

Budyanto Gunawan ini dideteks memiliki pola pikir tak lazim serta ketertarikan pada dunia perdukunan sejak SMA.

Menurut Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia Reni Kusumowardhani, Budyanto memiliki tingkah laku dan cara berpikir yang tidak lazim, tidak seperti manusia pada umumnya.

"(Budyanto) menyukai hal-hal yang bersifat klenik, perdukunan, dan memiliki guru spiritual. Hal ini sudah sejak SMA," ujarnya dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jumat (9/12/2022).

Alih-alih mencari pengobatan medis, lanjut Reni, Budyanto memilih mencari cara-cara alternatif untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.

Selain itu, ia pun kerap melakukan kegiatan yang berbau klenik sebagai upaya memperbaiki atau meningkatkan taraf kehidupannya, termasuk dalam hal finansial.

"Hal ini kemudian dijadikan sebuah harapan untuk memperbaiki kesehatan dan kehidupan keluarga dengan cara yang diyakininya," kata Reni.

"Namun ternyata harapannya tidak kunjung datang sehingga ada pergeseran dari situasi hope (penuh harapan) ke situasi hopeless (putus asa)," lanjut Reni.

Diberitakan sebelumnya, kepolisian menemukan sejumlah barang bukti yang mengarahkan bahwa salah satu anggota keluarga yang ditemukan tewas di Kalideres kerap melakukan ritual tertentu.

Barang bukti tersebut di antaranya adalah buku mantra, kemenyan, serta klentingan mungil atau buli-buli.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan, Budyanto adalah sosok yang memengaruhi tiga anggota keluarga lainnya untuk menerapkan ritual kepercayaan tersebut.

"Hal ini mengakibatkan adanya suatu kepercayaan dalam keluarga tersebut bahwa upaya untuk membuat kondisi lebih baik atau mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga," ujar Hengki.

Kematian wajar Hasil otopsi psikologis melalui perilaku dan pola kepribadian juga mengungkapkan bahwa Budyanto meninggal karena penyebab wajar, baik itu karena faktor usia atau penyakit.

Reni mengatakan ditemukan indikasi secara kuat kematian wajar karena usia, atau mungkin sakit, terkait situasi pandemi atau mungkin penyakit lainnya.

Hal tersebut juga relevan dengan hasil pemeriksaan dokter forensik yang menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan yang menjadi penyebab kematian Budyanto.

"Intinya Bapak Budyanto meninggal dalam kondisi ketidakberdayaan. serta tidak ada sumber daya finansial yang tidak mungkin diakses," ujar Reni.

Tak Ikut Sekte Tertentu
Di bagian lain, Ahli Sosiologi Agama, Jamhari, memastikan penemuan keluarga yang tewas di di Perumahan Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat, tidak menganut paham apokaliptik atau sekte mana pun.

Menurut Jamhari, temuan fakta di lapangan Rudyanto Gunawan (71), Margaretha Gunawan (68), Budyanto Gunawan (69), atau pun Dian (40) merupakan orang yang wajar dan normal.

"Mungkin saja mereka melakukan ritual keagamaan untuk mendapatkan kesembuhan karena mereka sedang sakit atau membantu masalah yang sedang dihadapi," ujar Jamhari, dalam konferensi pers, pada Jumat (9/12/2022).

Sebelumnya, polisi juga sempat menyatakan ada temuan buku dari berbagai agama di dalam rumah.

Atas temuan itu, Jamahri meyakini tidak ada hal yang aneh dari buku tersebut. Jika dilihat dari kategori agama yang ada, buku-buku tersebut berisi tentang agama Kristen, Islam, dan Budha.

Menurut Jamhari, buku paling banyak merupakan buku yang berkaitan dengan Islam.

Adapun keluarga Rudyanto disebut menganut Kristen.

Setelah dilihat dibaca, Jamhari menyimpulkan tidak ada yang aneh dan istimewa dari buku itu.

Pasalnya, kata dia, buku bisa ditemukan dan dibeli di tempat umum.

"Saya kira ini bukan menunjukkan bahwa mereka sedang mengkaji suatu pemahaman sekte atau keagamaan tertentu," kata Jamhari.

Soal temuan adanya sejumlah tulisan mantra dalam sejumlah lembar kertas, Jamhari juga menepis dugaan penganut sekte tertentu.

Menurut Jamhari, tulisan mantra tersebut tertulis ayat Al-quran disertai dengan minuman jeruk nipis.

Temuan itu, kata Jamhari, merupakan ramuan obat biasa yang disertai doa untuk penyembuhan keluarga itu.

Jamhari menuturkan hampir semua tulisan yang ditemukan itu berbahasa Arab karena menggunakan huruf hijaiyah.

Selain itu, kata dia, juga banyak petikan ayat Al-quran dalam lembaran yang ditemukan.

"Misalnya, ada satu ayat Al-quran yang diambil dari surat Yusuf yang biasanya dipakai untuk memperlancar jodoh, supaya mendapatkan kharisma aura supaya melancarkan jodoh," kata Jamhari.

Dengan begitu, Jamhari menyimpulkan ritual yang dilakukan keluarga ini bukan hal aneh.

Pasalnya, orang di luar sekte pun diyakini juga melakukan ritual seperti yang dilakukan seperti mereka.

Kepastian tidak adanya dugaan keluarga itu penganut sekte tertentu juga diperkuat pernyataan Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Reni Kusumowardhani.

Menurut Reni, rating cara kematian (manner of death), baik itu Rudyanto, Reni, Budyanto, dan Dian mengarah pada cara yang natural. Tidak mengarah kepada cara kematian yang lain.

"Berdasarkan otopsi psikologis yang kami lakukan, dapat ditepis dugaan dan spekulasi terkait perilaku dan paham apokaliptik atau mungkin karena sekte atau mungkin karena adanya voluntary stop drinking and eating," kata Reni.

Diberitakan sebelumnya, penyebab sebenarnya sekeluarga tewas di Perumahan Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat, akhirnya terkuak.

Hal tersebut diungkap Polda Metro Jaya dan tim gabungan, Jumat (9/12/2022), di markas Polda Metro.

Menurut keterangan polisi, Rudyanto Gunawan merupakan anggota keluarga yang meninggal pertama kali.

Rudyanto Gunawan meninggal karena gangguan saluran pencernaan.

"Pertama Rudyanto, meninggal karena gangguan saluran pencernaan," ujar dokter Asri M. Pralebda, dari kedokteran forensik, dalam konferensi pers.

Kemudian disusul oleh Margaretha Gunawan yakni istri Rudyanto, lalu Budyanto yakni ipar Rudyanto, dan terakhir Dian yang merupakan anak Rudyanto dan Margaretha.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar