Politik Identitas Perlu, Dipakai Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro

Jum'at, 09/12/2022 05:59 WIB
Habib Rizieq (Breakingnews.co.id)

Habib Rizieq (Breakingnews.co.id)

Jakarta, law-justice.co - Mantan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab turut buka suara mengomentari terkait politik identitas jelang Pemilu 2024.

Menurut dia, politik identitas kini mengalami pergeseran makna di masyarakat. Politik identitas selalu dijadikan tameng untuk mengkerdilkan perjuangan umat Islam.

“Begitu memperjuangkan agama, apa disebut? Politik identitas. Sekarang ini yang dimaksud politik identitas itu politik Islam,” ungkap Habib Rizieq seperti dikutip dari YouTube IBTV, Rabu (7/12/2022).

Dia menyebut saat ini politik identitas hanya diartikan sebagai gerakan politik yang berbau agama Islam. Politik identitas seolah-olah diartikan sempit sebagai gerakan politik berbasis Islam.

“Yang mereka maksud, politik identitas itu gerakan Islam. Gerakan Islam ini dianggap politik identitas semua, kita ini dikerdilkan, dikucilkan, dijelek-jelekkan oleh mereka,” tegasnya.

Lebih lanjut Habib Rizieq menjelaskan, padahal dahulu para pahlawan menggunakan politik identitas dalam memperjuangkan NKRI.

“Lihat Imam Bonjol berjuang, pake politik identitas. Dia pake syariat Islam, pakaiannya juga pakaian seorang ulama, dia lawan Belanda. Itu politik identitas,” tegasnya.

“Begitu juga Pangeran Diponegoro, pada saat melawan Belanda, itu juga politik identitas. Pangeran Diponegoro kita lihat dong, pake jubah, pake imamah, dia ulama, dia pake baju ulamanya, berarti politik identitas,” sambung dia.

Habib Rizieq menyebut, semua partai politik juga menggunakan politik identitas. Tidak ada partai yang tak menggunakan politik identitas.

Misalnya seperti, Partai Demokrat yang dikenal sebagai partai nasionalis. Menurut Rizieq, nasionalis juga merupakan sebuah identitas.

“Pake identitas demokrasi, identitas kebangsaan, itu namanya identitas,” ucap dia.

Oleh karena itu, Rizieq meminta pihak-pihak yang selalu mengerdilkan umat Islam untuk berhenti menuduh umat Islam memainkan politik identitas.

Dia juga mengajak umat Islam agar tidak melepas identitasnya sebagai orang Islam.

“Jangan lepaskan identitas. Identitas kita Islam. Kita berkata ya ikut ajaran Islam, kita berbuat ya ikut ajaran Islam, kita membuat program ikut ajaran Islam, kita berjuang juga demi Islam,” ucapnya.

Untuk diketahui, kelompok Habib Rizieq memang kerap disebut memainkan politik identitas, seperti saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta tahun 2017 silam.

Habib Rizieq ketika itu aktif mendemo Basuki Tjahja Purnama alias Ahok agar dipenjara karena telah menistakan agama. Ia juga mengimbau agar umat Islam tidak memilih pemimpin kafir atau non-muslim.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar