Pengusaha Tempe Tahu Desak Pemerintah Naikkan Subsidi Kedelai Rp3.000

Selasa, 06/12/2022 17:00 WIB
Pengrajin Tempe dan tahu (Law-Justice/Robinsar Nainggolan)

Pengrajin Tempe dan tahu (Law-Justice/Robinsar Nainggolan)

Jakarta, law-justice.co - Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin mengatakan, subsidi kedelai yang diberikan pemerintah saat ini sudah tidak relevan dengan makin naiknya harga.


Saat ini harga kedelai dari data Badan Pangan Nasional per 3 Desember sudah menyentuh Rp14.765 per kilogram.

Gakoptindo menilai dengan tren kenaikan harga kedelai saat ini subsidi Rp1.000 per kilogram bagi perajin tahu tempe perlu ditambah.

"Kita usul pada Pak Menteri Perdagangan subsidi ditambah dari Rp1.000 ke Rp3.000. Tapi ini belum disetujui. Tapikan udah ada keputusan bahwa subsidi kedelai sampai akhir tahun Rp1.000," kata Aip, dikutip Selasa (6/12/2022)

Dengan demikian Aip berharap, Kementerian Perdagangan khususnya Dirjen Perdagangan Dalam Negeri untuk mengumumkan adanya kenaikan harga tempe dan tahu.

Pasalnya dengan harga kedelai yang terus naik membuat biaya produksi pengrajin tahu tempe ikut membengkak. Kenaikan biaya produksi pengrajin tahu tempe saat ini berkisar 30-40%.

"Maka suka ngga suka, harga tempe tahu harus naik," kata Aip.

Meski harga kedelai mengalami kenaikan, Aip menyebut stok kedelai cukup aman. Kenaikan harga kedelai saat ini mencapai 60% hingga 70% sejak awal tahun 2022.

Ia memprediksi sisa stok kedelai dari impor akan habis pada akhir bulan Desember ini. Namun November kemarin Amerika dan Brazil sudah mulai panen kedelai.

Maka kedelai impor dari panenan baru diperkirakan datang paling lama akhir tahun ini. Aip berharap dengan masuknya panen kedelai maka harga kedelai bisa mulai turun.

"Kedelai baru akan datang paling lama akhir tahun ini. Jadi untuk stok kedelai aman. Tidak ada kelangkaan. Harga tempe naik ya karena harga kedelai naik," ungkapnya.

Imbas kenaikan harga kedelai para pengrajin menaikkan harga tempe dan tahunya. Kenaikan dari Rp4.000 per potong menjadi Rp5.000 hingga Rp6.000 per potong. Bahkan ada pula pengrajin yang terpaksa gulung tikar dengan kenaikan harga kedelai.


Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, untuk komiditi pangan yang masih bergantung impor akan dipercepat kedatangannya. Hal tersebut untuk menjaga neraca pangan nasional hingga akhir tahun tetap positif.

Berdasarkan data NFA, untuk kedelai stok akhir Desember 2022 ialah 58.708 ton. Adapun kebutuhan kedelai perbulan ialah 245.011 ton. Kedelai menjadi komoditi yang saat ini masih ketergantungan pada impor.

"Para importir (kedelai) hanya menyetok sekitar 2 bulan karena fluktuasi harga dan fluktuasi dari currency. Jadi mereka mengambil stok sekitar 2 bulan. Tetapi harusnya setelah ini, yakni bulan Desember-Januari kita pastikan harga kedelai akan turun," kata Arief dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (5/12/2022) kemarin.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar