Rekomendasi Saham,

Saham dari Sektor Keuangan dan Konsumer Diprediksi Bakal Raup Cuan

Senin, 05/12/2022 12:09 WIB
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA)

Jakarta, law-justice.co - Pada Jumat (2/12) sore, Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di level 7.019. IHSG melemah 1.164 poin atau minus 0,02 persen dari perdagangan sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir, IHSG hanya menguat sekali, sedangkan selebihnya melemah. Secara akumulatif, perdagangan melemah 0,48 persen. Tercatat, investor asing beli bersih (net but) Rp885 triliun.

Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Aulia Noviana Utami Putri mengatakan rata-rata nilai transaksi harian bursa menurun 68,46 persen dari Rp10,40 triliun menjadi Rp68,46 triliun pada pekan kemarin.

Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa juga menurun 13,36 persen dalam sepekan dari 1.205.337 menjadi 1.063.305 transaksi.

Penurunan juga terjadi pada rata-rata volume transaksi bursa menjadi 17,985 miliar dari 31,506 miliar saham atau sebesar 75,18 persen.

Pengamat Pasar Modal, Oktavianus Audi memperkirakan pergerakan IHSG pekan ini akan bergerak volatile cenderung menguat di level support 6.950 dan resistance 7.110.

Meski demikian, tren IHSG dalam jangka menengah masih bergerak sideways, tercermin pada indikator MACD yang masih bergerak terbatas.

Beberapa sentimen yang memengaruhi dari dalam negeri adalah rilis data indeks keyakinan konsumen November 2022. Lewat rilis tersebut diperkirakan akan turun ke level 119.

Selain itu, penjualan eceran Oktober lalu diperkirakan naik menjadi 4,4 persen year of year atau lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Lebih jauh, rilis data cadangan devisa diperkirakan naik menjadi US$131 miliar setara Rp2 ribu triliun (asumsi kurs Rp15.376).

Oktavian juga menilai penurunan cadangan devisa terus terjadi sejak awal tahun yang disebabkan pembayaran hutang pemerintah serta untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

"Ini memberikan sentimen negatif untuk pasar dikarenakan fear terhadap inflasi yang disebabkan kenaikan bahan bakar mulai mengurangi daya beli masyarakat," kata Oktavian seperti melansir cnnindonesia.com.

Sementara itu, sentimen dari global adalah pertemuan OPEC+ yang kemungkinan akan mempertahankan pemangkasan produksi minyak sebesar 2 juta barrel per hari.

Menurut Oktavianus, hal ini disebabkan lemahnya permintaan dari China dan kekhawatiran akan resesi yang meningkat. Alasan ini pun memberikan sentimen negatif untuk pasar terkait ketersediaan supply yang cenderung ketat.

"Rencana China melonggarkan zero covid policy dan sikap The Fed yang akan lebih dovish pada bulan Desember ini akan memberikan sentimen positif untuk pasar," jelasnya.

Oktavianus juga berpendapat para investor bisa berspekulasi untuk pembelian saham karena pasar masih cenderung bergerak terbatas.

Namun, selama IHSG masih bergerak sideways, dia menilai lebih baik investor memanfaatkan untuk jangka lebih panjang.

Sepanjang pekan ini, Oktavianus merekomendasikan sektor keuangan dan konsumer untuk diperhatikan. Sedangkan, sektor yang harus dihindari investor adalah energi.

Pasalnya, harga beberapa komoditas seperti minyak mentah akan cenderung ternormalisasi seiring meningkatnya kekhawatiran akan resesi.

Secara teknikal, dia merekomendasikan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Meski pekan lalu mengalami pelemahan, namun menurutnya indeks ini akan rebound di atas level 4.750.

Selain itu, di sektor telekomunikasi, Oktavianus merekomendasikan saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang berhasil menguat ke atas level 2.240 atau MA10 dan indikator MACD terjadi golden cross. Hal ini membuka peluang penguatan berlanjut menuju level 2.500.

Sedangkan rekomendasi saham terakhir adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang masih mampu bertahan di atas support level 4.600 pada pekan lalu. Hal ini dianggap membuka peluang penguatan terbuka menuju level 4.930.

Sementara itu, Pelatih investasi saham dan derivatif sekaligus CEO Akela Trading System Hary Suwanda melihat penguatan indeks sepekan ke depan akan menguat jika IHSG mampu melampaui resistance di 7.108. Menurutnya, sentimen penting berpengaruh adalah Federal Open Marketing Comittee (FOMC) yang akan digelar The Fed pada 14 Desember mendatang.

"Berdasarkan Analisa kami, besar kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga 50 bps. Ini akan menjadi kenaikan suku bunga yang lebih kecil ketimbang sebelumnya 75 bps," jelas Hery saat dihubungi.

Dia merekomendasikan para investor untuk membeli saham di sektor Consumer Non Cyclical atau Consumer Staple. Sebab, dalam kondisi inflasi, sektor ini relatif tidak terpengaruh dibanding yang lain. Dengan kata lain, menurut Hary, investor harus menghindari sektor yang peka terhadap kenaikan suku bunga.

"Saham-saham yang secara fundamental masih membukukan negative earnings, beban hutang besar, kurang baik dalam kondisi Bank Sentral yang menaikkan suku bunga guna memerangi inflasi," paparnya.

Secara teknikal, ia merekomendasikan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang tumbuh 0,49 persen ke posisi 10.200 pekan lalu. Hery memperkirakan ICB akan bergerak di level support 9.900 dan support 10.550.

Terakhir, ia juga merekomendasikan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang tumbuh 1.50 persen ke level 6775 pekan lalu. Ia meyakini INDF bakal mencapai target 7.000 dengan support di angka 6.525.

 

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar