Rocky Gerung: Fenomena Anies Menunjukkan Kaderisasi Parpol Gagal

Sabtu, 03/12/2022 12:00 WIB
Pengamat Politik, Rocky Gerung. (Pikiran Rakyat).

Pengamat Politik, Rocky Gerung. (Pikiran Rakyat).

Jakarta, law-justice.co - Pengamat politik Rocky Gerung soroti fenomena kemunculan Anies Baswedan merupakan kegagalan partai kaderisasi internal.

Misalnya partai yang harus melirik seseorang diluar dari struktur partainya.

Dalam tayangan Rocky Gerung, kegagalan partai tersebut dapat dilihat dari fenomena Nasdem yang memunculkan nama Ganjar Pranowo untuk menjadi calon presiden.


"Begitu juga dengan PSI, dia juga mencalonkan Ganjar Pranowo, tetapi dia tidak berani mencalonkan sendiri cawapresnya. Sempat dicalonkan Giring, tetapi becandaan dan akhirnya Giring mundur," kata Hersubeno, rekan diskusi Rocky Gerung dalam Forum News Network, Sabtu (3/12/2022).

Rocky Gerung mengatakan bahwa fenomena Anies Baswedan telah menunjukkan kegagalan dari suatu partai dalam melakukan kaderisasi.

"Anies Baswedan jelas bukan datang dari tradisi partai politik, dia akademisi," ujar Rocky Gerung.

Karena kemampuan teknokratik Anies Baswedan, Rocky Gerung menyampaikan hal itu membuat Anies diundang untuk masuk ke dalam kabinet.

Di dalam kabinet sendiri, Rocky Gerung menyebutkan bahwa muncul semacam

kefiguran yang membuat Anies Baswedan berubah menjadi manusia politik.

Sebelumnya, menurut Rocky Gerung, Anies Baswedan hanyalah seorang akademisi yang menganggap politik adalah wilayah untuk mengeksplisitkan metode di dalam kampus.

"Karena itu Anies Baswedan selalu membahas konsep, teori, narasi, dan segala macam," kata Rocky Gerung.

Menyoroti hal itu, Rocky Gerung katakan bahwa dalam suatu peristiwa politik dimana dia adalah kader partai politik, maka Anies Baswedan akan dilirik.

"Bayangkan jika Nasdem ada kader, ya Anies Baswedan gak akan dilirik," komentar Rocky Gerung.

Menurutnya, partai-partai politik ditawan oleh ketiadaan kader dan hal tersebut membuat kader harus keluar.

Rocky Gerung mengatakan bahwa buruknya demokrasi yang tumbuh tetapi tidak ada kader.


"Partai politik itu sekedar membengkak, bukan bertumbuh," kata Rocky Gerung.

Rocky Gerung membayangkan rekrutmen calon pemimpin datang dari partai politik seperti yang seharusnya secara konvensional, tetap tidak berhasil.

Karena itu, menurutnya semua hal berhenti karena persoalan kaderisasi partai.

Tak hanya itu, Rocky Gerung juga menyampaikan bahwa mereka yang kita sebut kader saat ini adalah mereka yang membawa uang.

"Itu disebut kader, padahal gak pernah paham tentang ideologi partai," ujar Rocky Gerung.

Menurut Rocky Gerung, hal itu akan mengakibatkan lebih jauh yaitu seorang yang tadinya dianggap kader, dia bisa keluar dari partai sesuka hatinya.

"Ada orang yang pindah partai berkali-kali, dan tetap dianggap sebagai kader," kata Rocky Gerung.

"Kader itu artinya bertahan di dalam keadaan cuaca yang paling buruk pun dia bertahan," lanjutnya.

Rocky Gerung menyampaikan yaitu layaknya seperti dari partai Golkar masuk ke PDIP yang artinya mereka tidak memiliki prinsip, hanya ikut di dalam keramaian, bukan ingin membangun demokrasi.

Jika benar dirinya adalah kader dari suatu partai, Rocky Gerung mengatakan bahwa harusnya bertahan, sekalipun ada konflik.

"Bukan ngambek lalu bikin partai, atau ngambek lalu masuk ke partai lain dan menjelekkan partai sebelumnya," ujar Rocky Gerung.

Tentu Rocky Gerung menilai bahwa ini menjadi problem bangsa kita sehingga publik akan melihat pilihan tokoh diluar dari kaderisasi partai.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar