Krisis Finansial di Lebanon Makin Parah, Kripto Jadi Solusi

Senin, 07/11/2022 14:00 WIB
Protes Warga Lebanon (AFP)

Protes Warga Lebanon (AFP)

Jakarta, law-justice.co - Di tengah krisis finansial yang terus memburuk di Lebanon sejak 2019, kripto muncul sebagai penyelamat bagi masyarakat yang mencoba bertahan dalam kondisi hiperinflasi, sementara otoritas masih kesulitan memformulasikan strategi yang tepat untuk mengendalikan keadaan.


Dilansir dari CNBC, Senin (7/11/2022), beberapa warga Lebanon beralih ke kripto usai krisis finansial melanda negara itu setahun sebelum pandemi Covid-19 dimulai.

Salah satunya adalah seorang arsitek bernama Gebrael yang kehilangan pekerjaannya dan harus menemukan cara untuk mendapatkan uang tunai secara cepat.

Menurutnya, pada 2020, berbagai bank di negara itu tutup dan warga lokal tidak dapat mengambil uang dari rekening mereka. Sementara itu, menerima kiriman uang dari negara lain melalui wire transfer juga bukan merupakan pilihan yang populer, karena layanan ini hanya menerima dolar Amerika Serikat dari pengirim dan menyediakan pound Lebanon bagi penerima, dengan rate yang jauh lebih rendah daripada nilai pasar.

“Saya akan kehilangan setengan dari nilai [uang],” ujarnya. “Itulah mengapa saya beralih ke bitcoin, karena hal itu merupakan cara yang bagus untuk mendapat uang dari luar negeri.”

Gebrael menjelaskan dirinya menemukan sebuah subreddit atau komunitas di Reddit yang menghubungkan pekerja lepas dengan pemeberi kerja yang membayar dengan menggunakan bitcoin.

Hari ini, separuh dari total pendapatan Gebrael datang dari pekerjaan freelance, di mana 90 persen di antaranya dibayar dalam bitcoin. Sementara itu, setengah sumber pendapatannya yang lain datang dari pekerjaannya di perusahaan arsitektur.

Gebrael menyebut ia menggunakan sebagian pendapatannya sebagai arsitektur untuk membeli bitcoin dalam jumlah kecil setiap pekan.

Gebrael adalah salah satu dari banyak warga Lebanon yang terus mencari alternatif untuk menghasilkan dan menyimpan uang setelah sistem perbankan di negara itu hancur. Berdasarkan laporan CNBC, mata uang lokal telah kehilangan lebih dari 95 persen nilainya terhadap dolar sejak 2019.

Sementara itu, otoritas setempat mengaku masih kesulitan menemukan formula yang tepat untuk mengakhiri krisis ini.

Seperti dilaporkan Arabian Business, Menteri Dalam Negeri sementara Lebanon, Bassam Mawlawi, mengatakan negara itu tidak memiliki solusi untuk krisis yang kini dihadapi.

“Faktanya adalah bahwa Kementerian Dalam Negeri tidak memiliki solusi untuk krisis ini,” ujar Mawlawi. “Namun, kami mencari cara untuk mencegah runtuhnya sistem perbankan.”

Gesekan antara bank, anggota keamanan, dan investor telah menyebabkan ketegangan meningkat di negara itu. Serangan bersenjata di berbagai bank, termasuk oleh nasabah, juga menarik perhatian media dan mengilustrasikan intensitas krisis ekonomi di Lebanon.

“Hak-hak rakyat dilindungi,” kata Mawlawi. “Begitu pula dengan ketertiban umum di Lebanon."

Ia mengatakan peran kementeriannya tidak terbatas pada perlindungan lembaga swasta, tetapi juga mencakup penegakan ketertiban umum di negara Asia Barat tersebut.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar