Buntut Kematian Mahsa Amini, Keluarga Tolak Laporan Medis Iran

Jum'at, 21/10/2022 09:35 WIB
Potret Mahsa Amini Sebelum dan Sesudah Ditahan Polisi Moral (Times of Israel)

Potret Mahsa Amini Sebelum dan Sesudah Ditahan Polisi Moral (Times of Israel)

Jakarta, law-justice.co - Pengacara keluarga Mahsa Amini menolak laporan medis resmi pemerintah Iran yang menyatakan kematian perempuan 22 tahun itu bukan karena pemukulan.


Amini meninggal pada 16 September lalu, tiga hari setelah terbaring koma. Ia ditahan polisi moral di Teheran atas tuduhan melanggar aturan berpakaian untuk perempuan. Tiga hari setelah kematiannya, ayah Amini, Amjad, mengatakan kepada kantor berita Fars bahwa selama ini anaknya dalam kondisi prima.

Dalam laporan yang diterbitkan pada 7 Oktober 2022 itu, Organisasi Forensik Iran menyatakan kematian Amini tidak disebabkan oleh pukulan di kepala dan organ vital serta anggota tubuh.

“Pengacara menolak laporan dokter forensik dalam pernyataan pembelaan mereka,” kata salah seorang pengacara yang mewakili orang tua Amini, Saleh Nikbakht, kepada surat kabar Etemad, dikutip Jumat (21/10/2022)

Orang tua Amini meminta pemeriksaan ulang penyebab kematian oleh komisi lain di hadapan dokter yang dipercaya keluarga itu.

“Tanpa mengklarifikasi proses penyelidikan dan peran orang atau orang-orang yang terlibat dalam penangkapan dan pemindahan Mahsa Amini ke markas polisi moral, tidak mungkin membela hak-hak orang tuanya, dan untuk menyelesaikan ambiguitas tentang penyebab kematian,” ujar Nikbakht.

Pada bulan lalu, keluarga Amini mengadukan polisi yang menangkap Amini dan meminta pihak berwenang merilis semua foto dan video yang diambil selama penahanannya.

Menurut Nikbakht, kepala jaksa telah berjanji bahwa tim medis yang ditunjuk oleh keluarga akan diberi tahu tentang jalannya penyelidikan.

“Keluarga Amini meminta kejaksaan mengundang lima ahli bedah saraf dan ahli saraf, seorang ahli jantung, dan seorang psikiater untuk memilih dari daftar 10 dokter yang ditunjuk oleh orang tua Mahsa Amini,” kata dia.

Sebelumnya sang ayah mengatakan Amini menderita memar di kaki. Ia meminta polisi bertanggung jawab atas kematian anaknya. Laporan koroner menyatakan kematiannya tidak disebabkan oleh pukulan di kepala dan anggota badan, namun tidak disebutkan apakah ia menderita cedera.

Mengacu pada hari Amini ambruk dalam tahanan, petugas koroner mengatakan ia sempat sadar kembali tetapi kompresi dada dan pemberian napas buatan tidak efektif pada menit kritis pertama, yang mengakibatkan kerusakan otak.

Laporan tim forensik itu mencatat kondisi medis yang sudah ada sebelumnya berkaitan dengan tumor otak di mana Amini telah menjalani operasi saat berusia 8 tahun. “Dia meninggal karena kegagalan beberapa organ yang disebabkan oleh hipoksia serebral (suatu kondisi yang terjadi saat otak kekurangan oksigen).”

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar