Terperosok dalam Kekacauan, Liz Truss Menyerah Pada Krisis Inggris (3)

Jum'at, 21/10/2022 08:35 WIB
Menteri Luar Negeri Liz Truss gantikan Boris Johnson jadi PM Inggris (Reuters)

Menteri Luar Negeri Liz Truss gantikan Boris Johnson jadi PM Inggris (Reuters)

Inggris, law-justice.co - Ekonomi Inggris mengalami tekanan karena tidak adanya kepastian Brexit (British Exit) atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Tekanan tersebut dipicu melemahnya sektor manufaktur. Ekonomi Inggris menyusut 0,4 persen pada April. Angka tersebut lebih besar dibanding data Maret di mana ekonomi Inggris terkontraksi 0,1 persen. ”Pesan yang jelas adalah bahwa pertumbuhan yang mendasari cukup lamban,” kata Ekonom Senior dari Capital Economics, Ruth Gregory.

Sektor manufaktur mengalami tekanan besar. Tiga tahun setelah referendum Brexit, perusahaanperusahaan berbasis di Inggris masih tidak tahu nasib perdagangan mereka dengan Uni Eropa. Di mana mereka menyumbang sekitar setengah ekspor barang Inggris.

Output manufaktur anjlok 3,9 persen dibanding bulan sebelumnya. Sementara produksi mobil turun 24 persen. Rob Kent-Smith, pejabat Kantor Statistik Nasional, mengatakan, ada pelemahan yang luas di manufaktur. Produksi bahan kimia, farmasi dan logam dasar menurun pada April. Lebih lanjut dari data survei mencakup sektor jasa, manufaktur dan konstruksi pada Mei memperkuat kesimpulan jika ekonomi Inggris sedang terhenti.


”Dengan kelumpuhan Brexit dan ekonomi global yang melambat, kami ragu PDB akan tumbuh lebih dari 1,5 persen atau lebih pada 2019 secara keseluruhan dan mengharapkan suku bunga tetap ditahan sampai pertengahan tahun depan,” kata Gregory.

Krisis ekonomi yang terjadi di Inggris telah memengaruhi dana pensiun di negara itu. Bahkan, sebagian besar saat ini dalam posisi terancam kolaps atau bangkrut.
Kondisi ini diakibatkan oleh keputusan bank sentral Inggris, Bank of England (BoE), yang hanya akan membeli obligasi yang dijual hingga tanggal 14 Oktober saja. Ini sebagai bentuk intervensi pasar obligasi yang anjlok setelah pengumuman mini-budget dari Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng

Hal ini mengancam dana pensiun yang berinvestasi di pasar obligasi. Apalagi, banyak perusahaan dana pensiun membutuhkan likuiditas yang sehat, dimana mereka juga membutuhkan uang segar sebagai jaminan.

Dengan situasi ini, BoE meyakini bahwa dana pensiun senilai 1 triliun poundsterling saat ini dalam posisi yang sangat terancam oleh krisis likuiditas di kemudian hari.


"Akibatnya, kemungkinan dana ini harus memulai proses penutupan keesokan paginya," kata Bank sentral itu kepada The Guardian, pekan lalu.

"Dan pesan saya kepada dana yang terlibat dan semua perusahaan yang terlibat mengelola dana tersebut. Anda punya tiga hari lagi sekarang. Anda harus menyelesaikan ini," tambah keterangan dari Gubernur BoE, Andrew Bailey, Selasa (11/10/2022).

Reuters melaporkan beberapa sumber telah menjelaskan bahwa dana pensiun telah menghabiskan dua minggu terakhir mencoba untuk mengumpulkan uang tunai dengan menjual obligasi pemerintah Inggris, atau gilt, index-linked, dan juga obligasi korporasi.


Selain itu, Asosiasi Pensiun dan Tabungan Seumur Hidup pada hari Selasa meminta BoE untuk mempertimbangkan melanjutkan program pembelian obligasi darurat hingga 31 Oktober `dan mungkin lewat dari itu`.

"Minggu ini dengan pasar gilt tidak sepenuhnya tenang, banyak (skema) sekarang melihat ini dan mengatakan kita sebenarnya perlu melakukan sedikit lebih banyak sehingga ada tindakan baru untuk mendapatkan lebih banyak jaminan," kata Steve Hodder, seorang mitra di konsultan pensiun Lane Clark & Peacock.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar