Terperosok dalam Kekacauan, Liz Truss Menyerah Pada Krisis Inggris (1)

Jum'at, 21/10/2022 07:35 WIB
Mantan PM Inggris Liz Truss (Reuters)

Mantan PM Inggris Liz Truss (Reuters)

Inggris, law-justice.co - Truss membanggakan momen bersejarah ketika dia dilantik pada 6 September. Dia menjadi perempuan ketiga yang pernah memegang posisi tersebut. Truss memamerkan kabinetnya yang beragam tanpa ada orang kulit putih yang menempati posisi teratas pula.


Namun, Kwasi Kwarteng kemudian diberhentikan sebagai Menteri Keuangan Inggris karena kekacauan terkait anggaran pada 14 Oktober. Suella Braverman juga mundur dari jabatannya sebagai Menteri Dalam Negeri Inggris pada Rabu (19/10/2022).


Truss akhirnya menunjuk Jeremy Hunt untuk menggantikan Kwarteng dan Grant Shapps untuk menempati kekosongan yang ditinggalkan Braverman. Kedua posisi tersebut diambil oleh para politikus yang mendukung saingan Truss untuk jabatan PM, Rishi Sunak.


Kwarteng dipecat setelah anggaran pemerintahan memicu reaksi negatif dari publik maupun pasar selama beberapa pekan terakhir. Anggaran itu menjanjikan pemotongan pajak bagi orang kaya. Sementara itu, Braverman mengaku melakukan `pelanggaran teknis`.


Braverman mengatakan, dia melanggar aturan dengan mengirimkan dokumen resmi kepada seorang anggota parlemen menggunakan surel pribadinya. Tetapi, laporan media setempat meyakini bahwa keduanya berselisih tentang permasalahan imigrasi.

Selang enam pekan setelah mulai berkuasa, agenda ekonomi Truss runtuh dan dua posisi teratas di kabinetnya ditempati sekutu Sunak. Dia semakin terperosok dalam mempertahankan posisinya sejak meluncurkan pemotongan pajak pada 23 September.


Sejumlah anggota parlemen telah menuntut agar dia berhenti, sedangkan yang lainnya mendiskusikan pengganti Truss. Braverman lantas mengungkapkan keprihatinan mendalam. Dia mengatakan, pemerintah tidak bisa hanya berharap masalahnya akan hilang.


"Berpura-pura kita tidak melakukan kesalahan, melanjutkan seolah-olah semua orang tidak bisa melihat bahwa kita telah melakukannya, dan berharap permasalahan akan secara ajaib menjadi benar bukanlah politik yang serius," tulis pernyataan Braverman, dikutip dari AFP, Jumat (21/10/2022)

Truss menghadapi Prime Minister`s Questions (PMQs) pertamanya sejak meninggalkan rencana pemotongan pajak pada 19 Oktober. Dalam sesi khusus untuk menjawab pertanyaan para anggota parlemen itu, mereka melontarkan cemoohan terhadap Truss.


Pemimpin Oposisi Partai Buruh, Keir Starmer, meneriakkan ejekan ketika membacakan daftar kebijakan yang dibatalkan oleh Truss. Dia mempertanyakan kenapa Truss masih ada di sana. Truss mengaku bahwa dia menyesali kesalahannya, tetapi menolak untuk mundur.


"Saya seorang pejuang dan tidak mudah menyerah," jelas Truss saat sesi PMQs, dikutip dari Reuters.


"Saya sudah sangat jelas bahwa saya minta maaf, dan saya telah membuat kesalahan. Saya siap untuk mengambil keputusan sulit," sambung dia.


Jajak pendapat menunjukkan anjloknya popularitas pribadi dan partai Truss. YouGov mencatat, Truss menjadi pemimpin paling tak populer yang pernah tercatat pada Selasa (18/10). Survei lain menemukan, mayoritas anggota Partai Konservatif menginginkan kepergian Truss.

Segala kontroversi ini datang saat jutaan orang mengkhawatirkan krisis biaya hidup di Inggris. Inflasi melonjak di atas sepuluh persen bersamaan dengan harga pangan pada Rabu (19/10).


Truss sempat bersumpah tak akan mengurangi pengeluaran publik. Tetapi, gejolak ekonomi mendesaknya untuk lebih berhemat.


Dia juga menekankan komitmen untuk meningkatkan pembayaran pensiun negara sejalan dengan tingkat inflasi. Namun, para anggota parlemen masih tidak yakin terhadapnya. Anggota parlemen, William Wragg, mengajukan surat mosi tidak percaya terhadap Truss. "Cukup sudah. Kabinet perlu mendapatkan pegangan," tegas mantan Menteri Sains Inggris, George Freeman.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar