Apa Itu Resesi yang Diprediksi Bakal Terjadi Tahun Depan?

Rabu, 12/10/2022 19:03 WIB
Ilustrasi resesi (Foto: Dakwatuna.com)

Ilustrasi resesi (Foto: Dakwatuna.com)

Jakarta, law-justice.co - Ekonomi dunia diyakini bakal mengalami resesi pada 2023. Apa itu resesi?

Dilansir dari laman Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Ketika ekonomi suatu negara memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) negatif, peningkatan pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan ukuran pendapatan dan manufaktur yang berkontraksi untuk jangka waktu yang lama, maka para ahli akan menyatakan resesi.

Ketika resesi terjadi, orang-orang akan kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat penjualan lebih sedikit, dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

Resesi tidak bisa dihindari. Ini dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis atau ekspansi dan kontraksi reguler yang terjadi dalam perekonomian suatu negara.

Apa itu resesi?

Ekonom Julius Shiskin pada 1974 telah menyatakan beberapa aturan untuk mendefinisikan resesi. Salah satu yang paling populer adalah penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.

Menurut Shiskin, ekonomi yang sehat berkembang dari waktu ke waktu sehingga dua kuartal berturut-turut dari output yang berkontraksi menunjukkan ada masalah mendasar yang serius. Selama bertahun-tahun, definisi resesi ini menjadi standar umum.

Sedangkan organisasi nirlaba yang berpusat di AS Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) memiliki definisi sendiri tentang resesi.

Menurut NBER, resesi, adalah penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.

Penyebab Resesi
Ada banyak penyebab resesi, mulai dari kejutan ekonomi hingga dampak inflasi yang tak terkendali. Berikut adalah fenomena pendorong utama resesi.

1. Guncangan ekonomi yang tiba-tiba

Guncangan ekonomi adalah masalah kejutan yang menimbulkan kerugian finansial yang serius.

Misalnya pada `70-an, OPEC memotong pasokan minyak ke AS tanpa peringatan, sehingga menyebabkan resesi, belum lagi antrean tak berujung di pompa bensin. Selain itu, pandemi Covid-19 adalah contoh terbaru dari kejutan ekonomi yang tiba-tiba.

2. Utang yang berlebihan

Ketika individu atau bisnis memiliki utang terlalu banyak, biaya pembayaran utang dapat meningkat ke titik di mana mereka tidak mampu membayar tagihan mereka (default).

Ini lantas menyebabkan kebangkrutan dan kemudian membalikkan perekonomian. Contohnya, gelembung perumahan (bubble properti) yang bisa menyebabkan resesi hebat.

3. Gelembung aset

Ketika keputusan investasi didorong emosi, muncullah hasil ekonomi yang buruk. Investor bisa menjadi terlalu optimis selama ekonomi kuat.

Mantan Ketua Bank Sentral Amerika (FED) Alan Greenspan menyebut kecenderungan itu sebagai "kegembiraan irasional" saat menggambarkan keuntungan besar di pasar saham pada akhir `90-an. Ketika gelembung itu meletus, terjadilah penjualan panik yang bisa menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.

4. Terlalu banyak inflasi

Inflasi adalah tren kenaikan harga yang stabil dari waktu ke waktu. Inflasi bukan hal buruk, tapi inflasi berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.

Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga karena suku bunga yang lebih tinggi bisa menekan aktivitas ekonomi.

Pada `70-an di AS, inflasi yang tidak terkendali menjadi masalah. FED kemudian dengan cepat menaikkan suku bunga untuk memutus siklus, tapi hal ini malah menyebabkan resesi.

5. Terlalu banyak deflasi

Inflasi yang tidak terkendali dapat menciptakan resesi, tapi deflasi bisa menjadi lebih buruk. Deflasi terjadi saat harga turun dari waktu ke waktu yang menyebabkan upah berkontraksi dan selanjutnya menekan harga.

Ketika deflasi menjadi tidak terkendali, orang dan bisnis menghentikan pengeluaran yang melemahkan ekonomi. Sepanjang `90-an, Jepang berjuang dengan deflasi yang menyebabkan resesi parah.

6. Perubahan teknologi

Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang, tapi mungkin ada periode penyesuaian jangka pendek terhadap terobosan teknologi. Pada abad ke-19, muncul gelombang perbaikan teknologi yang menghemat tenaga kerja.

Revolusi Industri membuat seluruh profesi menjadi usang. Ini memicu resesi dan masa-masa sulit. Saat ini, beberapa ekonom khawatir AI dan robot dapat menyebabkan resesi dengan menghilangkan seluruh kategori pekerjaan.

(Amelia Rahima Sari\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar