Utang AS Menggunung Usai Inflasi Melonjak, Capai Rp465 Kuadriliun

Rabu, 05/10/2022 15:20 WIB
Inflasi AS (Bloomberg)

Inflasi AS (Bloomberg)

Jakarta, law-justice.co - Di tengah lonjakan inflasi, Amerika Serikat mencatatkan kenaikan utang nasional menjadi sebesar US$ 31 triliun, setara Rp 465.000 triliun atau Rp 465 kuadriliun dengan asumsi rerata kurs Rp 15.000 per US$ menurut data yang diterbitkan Departemen Keuangan hingga Senin (3/10/2022).

Nilai ini meningkat signifikan dibandingkan posisi utang nasional AS pada Agustus 2021 yang tercatat sebesar US$ 28,4 triliun atau setara Rp 426 kuadriliun. Kenaikan utang nasional menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah di saat ekonomi AS dilanda kenaikan suku bunga dan meningkatnya ketidakpastian ekonomi.


Pemerintah AS melakukan pinjaman besar-besaran selama pandemi Covid-19 untuk membantu menopang perekonomian negara ketika virus mematikan itu memporakporandakan hampir seluruh sektor ekonomi.

Adapun, utang yang belum dibayar telah meningkat hampir $8 triliun sejak awal tahun 2020. Dan utang tersebut telah melonjak sebesar $1 triliun hanya dalam delapan bulan.

Pinjaman yang terjadi di bawah pemerintahan Trump dan di awal pemerintahan Biden datang pada saat suku bunga rendah. Sekarang, selama periode inflasi yang tinggi secara historis dan serangkaian kenaikan suku bunga yang tajam oleh Federal Reserve dalam pertempurannya untuk menjinakkan kenaikan harga, biaya pinjaman jauh lebih tinggi.

Komite Anggaran Fiskal yang Bertanggung Jawab bulan lalu memperkirakan bahwa kebijakan Presiden Biden dapat menambah defisit $4,8 triliun antara tahun 2021 dan 2031.

“Peminjaman yang berlebihan akan menyebabkan tekanan inflasi yang berkelanjutan, mendorong utang nasional ke rekor baru segera setelah 2030 dan pembayaran bunga federal tiga kali lipat selama dekade berikutnya," seperti dikutip dari laporan CNN International, Rabu (5/10).

Sebagaimana diketahui, tingkat pinjaman Amerika telah melonjak selama dekade terakhir. Utang publik yang beredar adalah $10,6 triliun ketika mantan Presiden Barack Obama menjabat pada 20 Januari 2009.

Kemudian, saat Trump lengser menyisakan utang $19,9 triliun sejak menjabat pada 20 Januari 2017; dan $27,8 triliun ketika Presiden Joe Biden menjabat pada 20 Januari 2021, menurut data Departemen Keuangan.

"Melampaui tonggak utang bisa menunjukkan masalah yang sangat besar di masa depan; namun, dalam waktu dekat, tingkat inflasi yang tinggi menjadi perhatian tertinggi", kata Alex Pelle, ekonom AS untuk Mizuho Securities.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar