Bela Tindakan Polisi dalam Tragedi Kanjuruhan,

Ade Armando Malah Salahkan Suporter Arema: Sok Jagoan & Bergaya Preman

Selasa, 04/10/2022 11:36 WIB
Dosen FISIP UI Ade Armando (Detikcom)

Dosen FISIP UI Ade Armando (Detikcom)

Jakarta, law-justice.co - Baru-baru ini, Pegiat Media Sosial yang juga Dosen Universitas Indonesia (UI), Ade Armando kembali melontarkan pernyataan yang kontroversial.

Kali ini dia berkomentar soal Tragedi Kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menewaskan ratusan pendukung klub sepak bola Arema FC.

Dalam unggahan potongan video Cokro TV yang viral di media sosial belum lama ini, Armando menilai, penyebab tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang- Jawa Timur, yang menewaskan ratusan orang, karena kesalahan suporter Arema FC atau Aremania sendiri.

Ade Armando mengatakan, sikap arogan Aremania yang masuk ke lapangan usai laga Arema vs Persebaya, merupakam pangkal tragedi.

"Pangkal persoalan adalah kelakuan sebagian suporter Arema yang menyerbu lapangan, mereka sombong bergaya preman menantang merusak dan menyerang," ujar Ade Armando melalui chanel YouTube Cokro TV, dikutip Selasa 4 Oktober 2022.

Ade Armando tidak sepakat dengan sebagian pihak yang menyalahkan aparat kepolisian yang menembaki gas air mata.

Dia menilai, apa yang dilakukan oleh aparat sudah sesuai prosedur.

Dia mengatakan, penggunaam gas air mata di stadion meskipun dilarang FIFA, namun menurutnya kepolisian RI tidak berada di bawa aturan FIFA. Kata dia, polisi bekerja sesuai prosedur.

"Apakah polisi Indonesia berada di bawah FIFA ketika polisi menggunakan gas air mata? Itu adalah tindakan sesuai protap mereka harus mengendalikan perusuh yang mengancam jiwa," katanya.

Ade melanjutkan, tindakan polisi menembak gas air mata bukan sebuah pelanggaran HAM.

Kata dia, yang membuat jatuh korban karena ada kepanikan para suporter.

"Pada saat mereka hendak keluar ternyata panitia tidak membuka pintu keluar akibatnya terjadi penumpukan saling dorong nginjak itulah menyebabkan tragedi," ucapnya.

Ade Armando mengatakan, kejadian itu harus disikapi secara objektif. Menurutnya yang jadi masalah adalah Aremania.

"Yang jadi masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan, kayak preman masuk ke lapangan," tuturnya.

Seperti diketahui, kericuhan di Stadion Kanjuruhan bermula saat sejumlah suporter tuan rumah merangsek masuk ke lapangan setelah tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya pada laga lanjutan Liga 1 Indonesia 2022/2023, Sabtu malam 1 Oktober 2022.

Petugas pengaman melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak turun ke lapangan dan mengejar pemain.

Namun imbauan tersebut tidak digubris sehingga tim kepolisian pun pada akhirnya meluncurkan tembakan gas air mata.

Berdasarkan data dari pihak Kepolisian RI, hingga saat ini tercatat 125 orang meninggal dunia akibat kerusuhan tersebut.

PSSI sudah membentuk tim investigasi peristiwa di Stadion Kanjuruhan yang dipimpin oleh Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.

Tak hanya itu, Kapolri Listyo Sigit Prabowo juga akan mendalami penerapan prosedur tetap terkait penggunaan gas air mata yang dilancarkan anggota Polri untuk membubarkan kericuhan di Stadion Kanjuruhan.

Proses tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran jelas terkait peristiwa yang menelan 125 korban jiwa tersebut, termasuk siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian itu.

 

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar