Diberi Uang Agar Bungkam, Korban Pelecehan Uskup Belo Buka Suara

Sabtu, 01/10/2022 13:20 WIB
Uskup Belo (Net)

Uskup Belo (Net)

Papua, law-justice.co - Pemenang nobel perdamaian asal Timor Leste Carlos Ximenes Belo diduga melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah anak. Tindakan itu dilakukan saaat Uskup Belo masih bertugas di Timor Timur.

Sebelum merdeka dan menjadi Timor Leste, Timor Timur atau Timtim adalah eks Provinsi ke-27 RI. Mereka resmi menjadi negara berdaulat pada 2002.


Kasus yang menimpa Uskup Belo jadi tamparan keras di Timor Leste. Bukan hanya dikenal sebagai tokoh perdamaian Uskup Belo dianggap pahlawan nasional di negara asalnya.

Dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Uskup Belo terungkap dari kesaksian korban. Beberapa di antara mereka mengaku berat untuk mengungkap aksi Uskup Belo. Bahkan sampai ada yang dibayar untuk tutup mulut.

Setelah puluhan tahun bungkam tindakan Uskup Belo mencuat ke publik setelah laporan media asal Belanda, De Groene Amsterdammer, dirilis pada awal pekan ini.

Dalam sebuah artikel, media tertua di Negeri Bunga Tulip itu mengutip kesaksian dua pria yang berbicara dengan anonimitas yang mengaku telah diperkosa oleh Belo saat mereka berusia remaja, yakni 14 dan 15 tahun.

De Groene Amsterdammer melaporkan, beberapa kasus pelecehan terjadi di kediaman Belo, di ibu kota Dili. Pihaknya bahkan mengaku memiliki bukti bahwa Belo telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-laki sekitar tahun 1980-an hingga 2000.

“Uskup memperkosa dan melecehkan saya secara seksual malam itu,” kata salah satu korban, yang sekarang berusia 45 tahun, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (1/10/2022)

“Pagi-pagi sekali dia menyuruh saya pergi. Saya takut karena hari masih gelap. Jadi saya harus menunggu sebelum saya bisa pulang. Dia juga meninggalkan uang untuk saya. Itu dimaksudkan agar saya tutup mulut. Dan untuk memastikan saya akan kembali,” imbuhnya.

Korban lainnya membenarkan hal itu. Ia dilecehkan secara seksual berkali-kali oleh Belo sejak berusia sekitar 14 tahun, baik di biara maupun di kediaman Belo, dan dibuat bungkam dengan diberikan uang.

“Dia tahu bahwa para anak laki-laki ini tidak punya uang. Jadi ketika dia mengundang Anda, Anda datang dan dia memberi Anda sejumlah uang,” kata korban.

Terkuaknya kasus pelecehan Belo pun dikonfirmasi oleh Vatikan pada Jumat (30/9). Kantor di Vatikan yang menangani kasus pelecehan seksual telah menerima tudingan terkait Belo sejak 2019. Pihaknya lantas memberlakukan pembatasan pergerakan terhadap Belo.


Pembatasan itu meliputi larangan kontak dengan anak di bawah umur atau kontak dengan Timor Leste sejak September 2020. Sanksi tersebut dimodifikasi dan diperkuat pada November 2021.

“Mengingat tuduhan yang diterimanya, (Vatikan) memberlakukan pembatasan disipliner tertentu padanya," terang juru bicara Vatikan, Matteo Bruni.

Belo menerima Penghargaan Perdamaian Nobel pada Desember 1996 bersama sesama pejuang kemerdekaan dan Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta. Belo telah menjadi anggota Serikat Salesian atau Salesian Don Bosco (SDB) sejak 1973. Ordo religius Katolik Roma tersebut memiliki pengaruh luas di Vatikan.

 

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar