Demonstrasi Berlanjut, Presiden Iran Sebut Kekacauan Tak Bisa Diterima

Kamis, 29/09/2022 12:30 WIB
Seorang wanita membakar jilbabnya dalam aksi protes di Teheran, Iran (Foto: bbc.com)

Seorang wanita membakar jilbabnya dalam aksi protes di Teheran, Iran (Foto: bbc.com)

Teheran, law-justice.co - Kematian wanita Iran Mahsa Amini telah memicu protes anti-pemerintah di seluruh Iran. Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan kematian Amini membuat sedih semua orang, tapi kekacauan tidak akan diterima di tengah aksi protes.

"Kami semua sedih dengan insiden tragis ini. (Namun) Kekacauan tidak dapat diterima," kata Raisi, dalam sebuah wawancara dengan TV pemerintah, Rabu (28/9/2022).

Ia juga memerintahkan penyelidikan atas kematian Amini. Ia mengatakan, forensik akan memberikan laporan kematiannya (Amini) dalam beberapa hari mendatang.

Dilansir dari Reuters, pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei belum mengomentari protes tersebut. Sedangkan sebuah badan pengawas meminta pengadilan menangani secara tegas para pelaku utama dan mereka yang bertanggung jawab membunuh serta melukai orang-orang yang tidak bersalah dan pasukan keamanan.

Jumlah korban tewas dilaporkan meningkat. Kelompok hak asasi manusia (HAM) telah melaporkan penangkapan ratusan orang, termasuk pembela (HAM), pengacara, aktivis masyarakat sipil, dan setidaknya 18 jurnalis.

Pasukan keamanan juga melakukan tindakan keras dengan menggunakan gas air mata, pentungan, dan dalam beberapa kasus, peluru tajam. Sementara video yang beredar di media sosial menampakkan warga Iran bertahan dengan protes sembari meneriakkan `matilah diktator!`.

"Namun, keruntuhan Republik Islam tampaknya masih jauh dalam waktu dekat karena para pemimpinnya bertekad untuk tidak menunjukkan jenis kelemahan yang mereka yakini menutup nasib Shah yang didukung AS pada 1979," kata seorang pejabat senior Iran kepada Reuters.

Mahsa Amini ditangkap oleh polisi moral karena `memakai pakaian tidak pantas`. Ini karena Iran memiliki aturan berpakaian yang ketat.

Ia lantas meninggal ketika ditahan pada Selasa (13/9/2022). Ia diduga mengalami represi oleh kepolisian setempat.

Kematiannya lantas memicu simpati dan demonstrasi yang telah menyebar ke lebih dari 80 kota di seluruh Iran. Sedangkan lusinan selebritas, pemain sepak bola, dan artis Iran, baik di dalam dan di luar negeri, telah mendukung demonstrasi tersebut.

Menurut media pemerintah, pengadilan Iran mengatakan akan mengajukan tuntutan terhadap mereka.

"Siapa pun yang berpartisipasi dan memicu kekacauan dan kerusuhan akan dimintai pertanggungjawaban," kata Raisi memperingatkan.

Sementara itu, pihak berwenang Iran telah menuduh pembangkang bersenjata Kurdi Iran yang memicu kerusuhan, terutama di barat laut yang merupakan rumah bagi sebagian besar lebih dari 10 juta orang Kurdi Iran.

Otoritas Iran juga menuduh Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa menggunakan kerusuhan untuk mencoba mengacaukan Republik Islam.

 

(Amelia Rahima Sari\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar