Putra Mahkota Saudi Diangkat Jadi Perdana Menteri, Ini Profilnya

Rabu, 28/09/2022 13:00 WIB
Potret Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman disebut sebagai pendorong reformasi dan pembaharu (Foto: net)

Potret Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman disebut sebagai pendorong reformasi dan pembaharu (Foto: net)

Jakarta, law-justice.co - Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman diangkat menjadi perdana menteri (PM) Arab Saudi oleh ayahnya Raja Salman, Selasa (27/9/22) malam waktu setempat. Begini profil Mohammed bin Salman.

Keputusan pengangkatan PM Arab Saudi itu dilaporkan oleh Saudi Press Agency. Secara tradisional, jabatan PM disandang oleh Raja.

Namun, kini Raja Salman mengangkat Putera Mahkotanya menjadi PM. Mohammed bin Salman diketahui telah menduduki jabatan wakil PM sekaligus menteri pertahanan.

Pengangkatan Mohammed bin Salman membuat adiknya Khalid bin Salman ikut naik jabatan. Ia diangkan menjadi menteri pertahanan setelah sebelumnya menjabat sebagai wakil menteri pertahanan.

Profil Mohammed bin Salman
Nama lengkap Mohammed bin Salman adalah Mohammed bin Salman bin Abdulaziz bin Abdul Rahman al-Saud. Ia lahir pada 31 Agustus 1985.

Ia adalah putra Raja Salman bin Abdul-Aziz al-Saud dari istri ketiganya Fahdah binti Falah bin Sultan bin Hatsliin.

Pangeran Mohammed bin Salman adalah anak sulung dari Fahdah. Ia juga anak kedelapan dan putra ketujuh dari Raja Salman. Sementara Mohammed bin Salman mempunyai dua saudara kandung, yaitu Turki bin Salman dan Khalid bin Salman.

Pada 23 Januari 2015, Mohammed bin Salman ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan Arab Saudi. Selang dua tahun, Raja Salman menunjuk Mohammed bin Salman sebagai Putra Mahkota Saudi. Kini di usianya ke-37, Mohammed bin Salman ditunjuk sebagai Perdana Menteri Arab Saudi.

Mohammed bin Salman lantas menikah dengan Putri Sarah binti Pangeran Masyhur bin Abdul Aziz Al Saud. Mereka dianugerahi empat anak, yaitu Pangeran Salman, Pangeran Masyhur, Putri Fahdah, dan Putri Noura.

Pendidikan dan Karier Mohammed bin Salman
Mohammed bin Salman menempuh pendidikan tinggi di King Saud University di Riyadh. Ia mengambil jurusan hukum dan berhasil meraih gelar Sarjana Hukum pada 2007 pada usia 23 tahun.

Ia lantas lulus dengan predikat terbaik kedua dari kelasnya. Selepas lulus dari bangku kuliah, Mohammed bin Salman terjun ke dunia politik.

Pada 15 Desember 2009, Mohammed bin Salman bekerja sebagai penasihat khusus bidang Intelijen Gubernur Riyadh di kantor sang ayah yang saat itu menjabat sebagai gubernur Riyadh.

Karier Politik Mohammed bin Salman
Karier di dunia politik semakin melejit. Ia mulai menempati posisi-posisi strategis, seperti sekretaris jenderal Dewan Kompetitif Riyadh, penasihat khusus ketua dewan untuk Yayasan Raja Abdulaziz untuk Penelitian dan Arsip, dan anggota dewan pengawas Lembaga Albir di wilayah Riyadh.

Berikut adalah jabatan-jabatan politik yang pernah ia sandang:

  • Penasihat paruh waktu di Badan Intelijen di Kabinet
  • Penasihat Khusus Gubernur Riyadh, Penasihat di Badan Intelijen
  • Sekretaris Jenderal Pusat Kompetitif Riyadh
  • Penasihat Khusus Ketua Majelis Pengelola Sirkuit Raja Abdul Aziz
  • Anggota Komite Tinggi Eksekutif untuk Pengembangan Dir`iyyah
  • Penasihat Khusus dan Pembimbing Kantor Urusan Putra Mahkota Salman bin Abdul Aziz
  • Ketua Mahkamah dan Penasihat Putra Mahkota setingkat dengan Menteri
  • Pembimbing Umum Kantor Menteri Pertahanan
  • Menteri Negara anggota Kabinet sesuai perintah Surat Keputusan Kerajaan
  • Menteri Pertahanan, Ketua Mahkamah Kerajaan dan Penasihat Khusus Pelayan Dua Tanah Suci setingkat dengan Menteri
  • Deputi Putera Mahkota dan Wakil Perdana Menteri Kedua, Menteri Pertahanan dan Ketua Dewan Majelis Urusan Ekonomi dan Pembangunan
  • Perdana Menteri Arab Saudi

Dilansir dari Aljazeera, Mohammed bin Salman telah memperkenalkan Vision 2030 pada April 2016. Vision 2030 bertujuan membuat Arab Saudi jantung peradaban Arab dan Islam hingga mendirikan sistem e-government. Itu sebagai upaya mendiversifikasi dan memprivatisasi ekonomi, serta membuat Arab Saudi tidak terlalu bergantung pada minyak.

(Amelia Rahima Sari\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar