Peluang Jenderal Dudung Tipis, Connie: Ada yang Lain Lebih Kompeten

Selasa, 27/09/2022 17:20 WIB
Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie (RMOL)

Pengamat Militer Connie Rahakundini Bakrie (RMOL)

Jakarta, law-justice.co - Analis Militer Connie Rahakundini melihat peluang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman untuk jadi Panglima TNI sangat tipis.

Baginya estafet kursi kepemimpinan TNI dari Andika Perkasa tak layak disandang oleh Dudung Abdurachman.

Karenanya itu dirinya menyarankan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman harus legowo untuk tak lagi berambisi naik takhta menjadi Panglima TNI.


Connie menjelaskan ada beberapa hal yang membuat peluang Dudung Abdurachman tipis untuk menjadi Panglima TNI menggantikan Andika Perkasa.

Salah satunya adalah beredarnya video

Dudung Abdurachman yang memerintah prajurit TNI tidak diam mendengar pernyataan anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon.

"Paling tidak KSAD itu akan menyadari kalau ini sudah salah langkah dan kubur lah mimpinya jadi Panglima, menurut saya ini telah melampaui wewenangnya," kata Connie Rahakundini, saat diskusi dalam YouTube Akbar Faizal Uncensored yang dikutip Selasa (20/9/2022).

Kemudian, Connie Rahakundini, menyebutkan nama lain untuk direkomendasikan kepada Presiden Jokowi, untuk jadi Panglima TNI usai Jenderal Andika Perkasa pensiun. Nama tersebut yakni, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono.

"Jadi kalau saya boleh bicara sama presiden Jokowi, udah lah panglima (TNI) besok ini pak Yudo saja lah," kata dia.

Ada alasan mengapa Connie Rahakundini mengatakan nama Yudo Margono layak menjadi Panglima TNI menggantikan Andika Perkasa.

Connie Rahakundini menyatakan memilih (KSAL) Laksamana Yudo Margono karena sejalan dengan impian Presiden Jokowi.

Menurutnya Yudo Margono layak mewujudkan impian Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara poros maritim.

"Ketika panglima Hadi sudah memimpin, ketika panglima Andika sudah hampir selesai memimpin, maka sekarang saya akan berharap sangat impian pak Jokowi yang hari ini belum terwujud."

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar