Bukan Kritisi Pemerintah, Jurnalis ini Minta Putin Habisi Warganya

Selasa, 27/09/2022 15:20 WIB
Jurnalis dan propagandis Rusia, Vladimir Solovyov (Sputnik)

Jurnalis dan propagandis Rusia, Vladimir Solovyov (Sputnik)

Rusia, law-justice.co - Seorang pembawa acara dan juga propagandis Rusia, Vladimir Solovyov, mengatakan bahwa otoritas negara itu perlu mengeksekusi warga yang menolak mengikuti wajib militer. Hal ini dilontarkannya tatkala mulai muncul penolakan atas perintah Presiden Vladimir Putin.


Solovyov, yang merupakan penyokong rezim Putin, menyampaikan hal ini saat acara TV Rusia Evening bersama pemimpin redaksi media RT, Margarita Simonyan. Dalam acara itu, ia meminta petugas wajib militer untuk dieksekusi atau dikirim ke garis depan.

Pernyataan ini sendiri diungkapkan Solovyov saat berdiskusi dengan Simonyan. Di momen itu, pemimpin redaksi RT itu sebelumnya mengangkat temuan bahwa ada warga dengan penyakit diabetes yang diperintahkan untuk berperang di Ukraina.


"Jadi kita perlu melakukan sesuatu tentang itu dan tidak merugikan masyarakat," tutur Simonyan.

Solovyov menjawab dengan mengajukan pernyataan apakah Simonyan setuju dengan langkah eksekusi terhadap wajib militer yang menolak perang. Dengan jawaban Simonyan yang menolak langkah itu, Solovyov justru menekankan bahwa eksekusi merupakan cara yang dipikirnya efektif.

"Saya akan membawa beberapa [petugas wajib militer] seperti itu dan mengirim mereka ke garis depan. Beri dia sekop kecil sehingga dia bisa mulai menggali parit," ujarnya dalam acara itu dikutip Newsweek, Selasa (27/9/2022).

Pernyataan ini sendiri dilontarkan tak lama sebelum adanya laporan pria bersenjata melepaskan tembakan ke kantor wajib militer di kota Ust-Ilimsk di wilayah Irkutsk, Rusia, pada hari Senin, (26/9/2022). Pria itu diketahui menolak perintah mobilisasi militer parsial yang dikeluarkan Putin.

Gubernur wilayah Irkutsk Igor Kobzev menulis di aplikasi pesan Telegram bahwa kepala kantor wajib militer berada di rumah sakit dalam kondisi kritis akibat kejadian itu.

"Pria bersenjata itu benar-benar akan menghadapi hukuman," tambahnya.

Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial pada Rabu lalu. Menteri Pertahanan Sergey Shoigu mengatakan akan memanggil 300.000 tentara cadangan untuk bertugas dalam konflik dengan Ukraina.

Pernyataan baru Putin ini datang ketika pemberitaan beberapa media menyebut kemenangan Ukraina atas Rusia. Sejumlah wilayah yang telah diduduki pasukan Kremlin, di Timur dan Selatan, kini direbut lagi oleh Kyiv. Saat ini, Moskow sedang mengadakan referendum di wilayah itu.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar