Rizal Ramli soal Harga BBM Naik: Pemerintah Terjerat Pinjol Global!

Senin, 26/09/2022 10:47 WIB
Presiden Jokowi dengan Rizal Ramli (pinterpolitik)

Presiden Jokowi dengan Rizal Ramli (pinterpolitik)

Jakarta, law-justice.co - Tokoh Nasional yang juga merupakan Ekonom Senior, Rizal Ramli kembali melontarkan kritikan tajam terhadap kebijakan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kali ini, dia mengkritik pejabat-pejabat yang mengungkap bahwa subsidi untuk BBM Pertalite bagaikan membakar uang negara.

Menurutnya, yang semestinya disebut membakar uang negara adalah pejabat negara yang mengambil utang dari negara lain dengan bunga yang tinggi.

Dengan begitu, negara disebut harus membayar bunga dengan cara mengutang.

"Pembakar uang paling besar itu pejabat yang ngutang jor-jor-an dengan bunga ketinggian (yield 2% di atas negara-negara yang ratingnya lebih rendah dari Indonesia). Sehingga tahun depan, Indonesia harus bayar bunga utang saja Rp 441 trilliun dengan cara ngutang lagi," ungkapnya.

Rizal pun menyebut, hal itu menjadikan pemerintahan Jokowi telah terikat atau biasa disebut terjebak pinjaman online (pinjol).

Di mana yang kita ketahui, jika seseorang mengutang di pinjol bunga yang dikenakan biasanya lebih tinggi dari bank.

"Pemerintah @jokowi sudah terikat pinjol. Itu yg harus dikurangi, dgn negosiasi utang, bukan bikin susah 240 juta rakyat Indonesia!" tegasnya.

Rizal juga menyinggung soal pengguna BBM bersubsidi. Menurutnya pengguna dari Pertalite misalnya, adalah pengendara motor yang digunakan untuk bekerja dan mengantar anggota keluarga.

"Mohon maaf mayoritas yang pakai Pertalite itu 120 juta pengendara sepeda motor, yang menggunakan motornya untuk bekerja dan anter istri & anak," jelasnya.

Dia menegaskan bahwa pengguna BBM subsidi ini merupakan kalangan menengah bawah buka orang kaya seperti yang disebutkan pemerintah sebelumnya.

"Rata-rata 240 juta orang naik motor, itulah golongan menengah bawah. Bukan orang kaya, bukan bakar-bakar BBM seperti pemilik motor moge. Sisanya 35 juta orang barulah lumayan, menengah atas yg pakai Pertamax dan Solar," tutupnya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar