Jusuf Kalla soal Anies: Dia Makin Direndahkan Makin Didukung Masyaraka
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Foto: Akurat.co)
Jakarta, law-justice.co - Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI), Jusuf Kalla (JK) menegaskan bahwa Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berpeluang besar menang pada Pilpres 2024.
Alasannya kata dia, Anies kian mendulang dukungan dari masyarakat tersebab dirinya yang selalu direndahkan.
JK merujuk pada sejumlah lembaga survei di Indonesia. Elektabilitas Anies,
kata dia, selalu berada dalam urutan tiga besar meski masih di bawah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
"Kalau saya baca survei dari berbagai lembaga itu memang Anies selalu berada di tiga besar, tapi Pak Prabowo dan Ganjar lebih tinggi (elektabilitasnya)," kata JK, dikutip dari YouTube Karni Ilyas Club, Jumat (23/9/2022).
Berdasarkan survei terbaru Charta Politika, elektabilitas Anies berada di urutan ketiga--di bawah Ganjar dan Prabowo.
Elektabilitas Ganjar berada di angka 37,5 persen, sementara Prabowo mendapat 30,5 persen dan terakhir Anies 25,2 persen.
Meski begitu, survei tersebut dapat berubah mengingat Pilpres 2024 masih menyisakan dua tahun lagi.
JK pun mengatakan, elektabilitas Anies masih dapat meningkat seiring berjalannya waktu.
Apalagi, Anies kerap dikritik dan direndahkan di media sosial. Hal inilah, menurut JK, yang dapat membuat elektabilitas Anies justru meningkat.
"Ini kelihatannya, seperti suatu hal yang sering terjadi, makin dikritik orang, makin merasa direndahkan, ternyata masyarakat itu mendukung atau lebih populer. Rakyat tuh mendukung orang yang merasa ditekan," ungkap Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) tersebut.
Memang Anies Baswedan kerap menjadi bahan perbincangan di media sosial. Namanya bahkan sempat tranding di Twitter dijuluki sebagai Bapak Identitas.
Para pegiat media sosial yang berseberangan politik dengan Anies menyebutnya sebagai Bapak Identitas.
Mereka yang kerap menyebut Gubernur DKI Jakarta itu sebagai Bapak Identitas adalah Denny Siregar, Eko Kuntadhi, Ade Armando, Ferdinand Hutahaean, dan Guntur Romli.
Komentar