Makan Duit Negara Triliunan Rupiah, Empat Bandara Ini Malah Mati Suri

Kamis, 22/09/2022 09:40 WIB
Sejak diresmikan pada Mei 2018, Bandar Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, yang menelan biaya Rp 2,6 ini sepi penerbangan dan myaris tidak ada penerbangan. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, alasan utama bandara itu sepi adalah persoalan aksesabilitas, akses yang sulit dijangkau. Pemerintah berencana menjadikan sebagai kawasan perawatan pesawat (Maintenance, Repair, Overhaul/ MRO). Nantinya akan digunakan untuk perawatan pesawat TNI, Polri, juga BNPB. Robinsar Nainggolan

Sejak diresmikan pada Mei 2018, Bandar Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, yang menelan biaya Rp 2,6 ini sepi penerbangan dan myaris tidak ada penerbangan. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, alasan utama bandara itu sepi adalah persoalan aksesabilitas, akses yang sulit dijangkau. Pemerintah berencana menjadikan sebagai kawasan perawatan pesawat (Maintenance, Repair, Overhaul/ MRO). Nantinya akan digunakan untuk perawatan pesawat TNI, Polri, juga BNPB. Robinsar Nainggolan

Jakarta, law-justice.co - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikenal gencar membangun bandara baru menggunakan dana jumbo yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Namun demikian, sebagian bandara tersebut kini mati suri karena sepi penumpang dan tidak beroperasi.

Seperti melansir Katadata.co.id, setidaknya ada empat bandara yang sepi penumpang dan tidak beroperasi:

1. JB Soedirman, Purbalingga

Bandara ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 1 Juni 2021. Anggaran pembangunan bandara mencapai Rp.350 miliar.

Dipantau dari situs pembelian tiket pesawat, Bandara JB Soedirman saat ini tidak memiliki jadwal penerbangan lagi.

Sebelumnya, bandara ini digunakan maskapai Citilink dengan tujuan Jakarta-Purbalingga-Jakarta.

Wings Air sempat menggunakan bandara ini untuk penerbangan dari Bandara Pondok Cabe pada 5 Agustus 2022.

Namun rute penerbangan itu kembali ditutup karena sepi penumpang pada 19 Agustus 2022.

2. Bandara Ngloram, Blora

Bandara ini diresmikan oleh JPresiden Joko Widodo pada Desember 2021.

Anggaran pembangunan bandara mencapai Rp 80 miliar. Namun terpantau tidak ada jadwal penerbangan yang menerbangi rute ke Bandara yang berada di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.

Wings Air sempat menggunakan bandara ini untuk penerbangan dari Bandara Pondok Cabe pada 5 Agustus 2022.

Namun rute penerbangan itu kembali ditutup karena sepi penumpang pada 19 Agustus 2022.

3. Wiriadinata, Tasikmalaya

Bandara yang diresmikan pada Februari 2019 ini mengeluarkan anggaran sebesar Rp30 M dengan landasan pacu sepanjang 200 meter.

Namun bandara tersebut sempat tidak beroperasi karena sepi penumpang.

Barulah pada Agustus 2022, maskapai penerbangan Susi Air membuka penerbangan dari bandara tersebut menuju bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Namun demikian, penerbangan rute tersebut sangat bergantung pada permintaan.

4. Bandara Kertajati, Majalengka

Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati dibangun dengan dana jumbo hingga Rp 2,6 triliun dan diresmikan 24 Mei 2018.

Luas area bandara ini merupakan yang terbesar di Indonesia setelah Soekarno Hatta. Namun bandara ini berhenti melayani penerbangan reguler berjdwal karena sepi penumpang pada Juli 2019.

Kondisi sepi penumpang tersebut disebabkan akses ke bandara yang tidak memadai.

Pemerintah berencana untuk membuka kembali bandara tersebut jika jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu beroperasi akhir tahun ini.

Jalan tol tersebut mempersingkat perjalanan Bandung-Bandara Kertajati menjadi hanya satu jam.

Terkait hal ini, Pakar Transportasi Alvin Lie, menilai bahwa fenomena sepinya bandara itu diakibatkan Pemerintah tidak melakukan perencanaan yang optimal saat pembangunan bandara. Mega proyek tersebut hanya dinilai sebagai prestasi politik.

“Seolah-olah kalau ada bandara, penerbangan pada datang sendiri,” ujar Alvin Lie.

Menurut Alvin Lie, pembangunan bandara baru harus mempunyai kajian yang komprehensif dan objektif.

Pembangunan bandara juga harus memiliki perencanaan untuk kebutuhan 50-100 tahun mendatang.

Namun demikian, Alvin Lie menyarankan agar pembangunan bandara dilakukan secara bertahap.

“Pembangunannya mungkin untuk kebutuhan 5-10 tahun dahulu. Dibangun kecil dahulu kemudian dikembangkan, karena biaya operasional dan perawatannya tinggi,” ujar Alvin.

Alvin mencontohkan bandara Wiriadinata, di Tasikmalaya. Bandara yang diresmikan pada Februari 2019 lalu, terpantau belum memiliki jadwal penerbangan yang dijual pada platform pembelian tiket pesawat.

Menurut Alvin, penyebab dari sepinya bandara Wiriadinata disebabkan karena ekosistemnya belum terbangun. Seharusnya, pembangunan bandara harus didukung oleh ekosistem yang memadai.

Begitu juga dengan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang belum menerima penerbangan komersial sejak April 2020 lalu.

Namun, bandara Kertajati direncanakan akan menerima penerbangan haji mulai November mendatang.

Meskipun banyak bandara yang mangkrak, pemerintah tetap gencar membangun bandara baru. Plt Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Nur Isnin Istiartono, menjelaskan terdapat 19 proyek bandara yang akan digarap pemerintah sebelum 2024.

Sepuluh proyek diantaranya adalah pembangunan bandara baru. Sementara 9 lainnya merupakan penambahan terminal baru di bandara yang telah ada sebelumnya.

Menurut Plt Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Nur Isnin, 10 bandara udara baru yang akan diresmikan Presiden Jokowi sebelum 2024 yakni:

1. Bandara Siau,

2. Bandara Tambelan,

3. Bandara Nabire Baru,

4. Bandara Baru Siboru Fakfak,

5. Bandara Baru Mentawai Sumatera Barat,

6. Bandara Baru Mandailing Natal Sumatera Utara,

7. Bandara Baru Pohuwato Gorontalo,

8. Bandara Baru Bolaang Mongondow,

9. Bandara Baru Banggai Laut Sulawesi Tengah,

10. Bandara Baru Singkawang Kalimantan Barat.

Indonesia saat ini memiliki 299 bandar udara (bandara) yang melayani penerbangan domestik maupun internasional. Berikut 10 bandara terbesar di Indonesia berdasarkan luas area seperti tertera dalam grafik.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar