Terancam Gelap Gulita 2023, Krisis Energi Makin Meluas di Eropa

Rabu, 21/09/2022 21:00 WIB
Krisis energi eropa (AFP)

Krisis energi eropa (AFP)

Jakarta, law-justice.co - Dunia akan `gelap` tahun depan menjadi ancaman nyata. Hal ini seiring dengan krisis energi yang melanda sejumlah negara, terutama Eropa.

Minimnya pasokan energi utama yakni gas menjadi masalah. Perlu diketahui, karena tersendatnya pasokan Rusia, Eropa kini harus membayar listrik lebih mahal dan terancam bahaya. Berikut sederet buktinya dari berbagai negara di Eropa!

Krisis energi juga telah melanda Yunani. Bahkan, hal ini mendorong kantor parlemen negara itu untuk mematikan seluruh lampu luar dan dalam.

Dalam laporan Anadolu Agency, ini dilakukan agar dapat menjadi contoh bagi warga untuk segera melakukan penghematan energi. Walau begitu, Kepala Parlemen Kostas Tasoulas belum menjabarkan hingga kapan langkah ini akan dilakukan.

"Parlemen Yunani mematikan semua lampu eksterior di gedung sebagai contoh untuk konsumsi energi," kata lembaga itu sejak pekan lalu.

Perlu diketahui, krisis energi Yunani telah mendorong inflasi. Pada Juli lalu, Negeri Para Dewa itu mengalami hingga 11,6% inflasi.

Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis juga telah mengumumkan paket tindakan untuk mengantisipasi krisis akibat hal ini. Salah satunya adalah menaikkan upah minimum dan pensiun serta memotong pajak.

Paket tersebut terdiri dari 21 langkah termasuk lebih banyak subsidi untuk tagihan listrik dan biaya pemanas. Sebelumnya, Athena juga telah menggelontorkan 8 miliar euro dalam beberapa bulan terakhir untuk mengatasi krisis ini.

Tak hanya bagi rumah tangga dan pensiunan, pemerintah juga akan mensubsidi sewa atau pembelian dan renovasi tempat tinggal utama bagi kaum muda.

"Itu semua adalah langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung masyarakat melewati musim dingin terberat dalam beberapa dekade," kata Mitsotakis.

Spanyol sendiri juga dihantui krisis yang sama. Bukan cuma karena aliran gas dari Rusia ke wilayah itu dibatasi tetapi juga akibat dari gelombang panas yang mengeringkan sumber air.

Spanyol sendiri telah mengambil langkah-langkah pembatasan sejak pekan lalu. Ini seperti mengurangi operasional lampu hingga membatasi suhu AC.

Padahal sejak Agustus lalu, otoritas nasional juga telah meminta agar toko-toko, supermarket, dan gedung-gedung publik untuk mematikan lampu mereka. Ini dimulai pada pukul 10.00 malam.

Tindakan itu akan berlangsung hingga 1 November 2023. Hal ini mengingat setelah tanggal 1 November, hari-hari akan jauh lebih gelap dan jam matahari terbit akan lebih pendek akibat musim dingin.

Langkah ini sendiri telah menimbulkan kekhawatiran baru. Pasalnya, katedral terkenal harus ikut mematikan lampunya sehingga ditakutkan jumlah turis akan menurun.

Salah satu yang sudah menyuarakan hal ini adalah Pemerintah Santiago de Compostela. Kota ini sendiri merupakan kota yang cukup terkenal bagi wisatawan yang melakukan perjalanan religi.

"Jika mereka dimatikan, situasi logis akan muncul yang akan menyampaikan citra kurang aman dan kurang nyaman bagi orang-orang yang berada di kota bersejarah, yang banyak," papar Wali Kota Santiago de Compostela, Xos© S¡nchez Bugallo.

Sementara itu, Spanyol juga telah meminta tempat-tempat publik yang menyalakan AC untuk mengaktifkan pendinginnya tidak kurang dari 27 derajat celcius di musim panas.

Di musim dingin, Negeri Matador itu juga mengharuskan pengelola gedung agar pemanas beroperasi tidak lebih dari 19 derajat celcius.

"Dalam konteks di mana 27 anggota Uni Eropa telah setuju untuk secara sukarela mengurangi konsumsi gas mereka, pemerintah berusaha untuk meminimalkan dampak ekonomi dan sosial dari kemungkinan pemotongan pasokan gas Rusia,`` kata pemerintah dalam rilis berita yang dikutip New York Times.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar