Bakal Mobilisasi Massa Parsial ke Ukraina, Ternyata ini Tujuan Putin

Rabu, 21/09/2022 16:20 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (AFP)

Presiden Rusia Vladimir Putin (AFP)

Rusia, law-justice.co - Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi massa parsial ke Ukraina, pertama sejak Perang Dunia II. Ia memperingatkan Barat untuk tidak melakukan "pemerasan nuklir".

"Jika integritas teritorial negara kami terancam, kami menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi rakyat kami - ini bukan gertakan," kata Putin dalam pidato yang disiarkan televisi kepada negara itu, Rabu (21/9/2022) seperti dilansir Reuters.

Putin mengatakan dia telah menandatangani dekrit tentang mobilisasi parsial tersebut. Pengumpulan warga Rusia yang terdaftar sebagai tentara, dan bukan wajib militer, yang dilakukan secara signifikan ini berpotensi meningkatkan konflik di Ukraina.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam kesempatan terpisah mengatakan akan ada 300 ribu warga Rusia yang akan dipanggil dalam mobilisasi parsial tersebut.

Pemimpin Rusia itu sekali lagi menggemakan tujuan utama dari strategi militer barunya adalah untuk "membebaskan" wilayah Donbas. Ia mengklaim kebanyakan orang di wilayah Ukraina timur itu tidak ingin diperintah oleh Kyiv.

Pasukan Rusia menyerbu Ukraina sejak 24 Februari 2022. Titik-titik pertempuran bergeser sesuai dengan strategi militer kedua negara. Setelah gagal menggapai Kyiv di awal invasi, Rusia memfokuskan serangan di Donbas, wilayah timur Ukraina.

Baru-baru ini, Ukraina melancarkan serangan balasan di wilayah timur dan selatan. Ukraina mengklaim pasukannya telah menembus lebih jauh ke timur, wilayah yang baru-baru ini ditinggalkan oleh Rusia. Manuver militer ini membuka jalan bagi kemungkinan serangan terhadap pasukan pendudukan Moskow di wilayah Donbas.

Dua wilayah yang dikuasai Rusia di Ukraina timur, Luhansk dan Donetsk, mengumumkan rencana mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia akhir pekan ini. Belakangan, bagian-bagian provinsi Kherson dan Zaporizhzhia menyerukan untuk pemungutan suara kilat untuk secara resmi meninggalkan Ukraina.

Pemerintahan Luhansk dan Donetsk pro-Moskow sebelumnya sudah memproklamirkan diri sebagai negara dengan dukungan Rusia. Adapun referendum kali ini akan digulirkan pada 23-27 September 2022. Langkah politik itu dilakukan ketika Rusia telah kehilangan wilayah yang diperolehnya pada awal perang dalam beberapa minggu terakhir.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan posisi negaranya di tengah kabar referendum dua wilayah di Donbas, Luhansk dan Donetsk, untuk mengintegrasikan diri dengan Rusia. Ia menyerukan tekanan lebih besar kepada Moskow.

"Posisi kami tidak berubah karena kebisingan atau pengumuman di suatu tempat. Dan kami menikmati dukungan penuh dari mitra kami dalam hal ini," kata Zelensky dalam pidato rutin, Selasa, 20 September 2022, tanpa menyinggung langsung referendum tersebut.

Zelensky mengaku menginformasikan semua subjek hubungan internasional tentang apa yang terjadi di Ukraina. Ia menyebut dukungan dari komunitas dunia akan terus mengalir ke Kyiv dalam kondisi apa pun.

"Jadi mari kita pertahankan tekanannya. Mari jaga persatuan. Mari kita bela Ukraina. Kami membebaskan tanah kami. Dan kami tidak menunjukkan tanda-tanda kelemahan," ujar Zelensky.

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar