Presiden Ukraina Zelenskiy Sebut Rusia Lakukan Kejahatan Perang

Sabtu, 17/09/2022 15:00 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam wawancara Jumat, 16 September 2022 (Reuters)

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dalam wawancara Jumat, 16 September 2022 (Reuters)

Kyiv, law-justice.co - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menduh rusia melakukan kejahatan perang di timur laut Ukraina. Menurut Zelenskiy, terlalu dini mengatakan gelombang perang telah berubah, meskipun pasukannya memperoleh keuntungan territorial yang cepat bulan ini.


Hasil perang dengan Rusia, yang kini memasuki bulan ketujuh, bergantung pada pengiriman cepat senjata asing ke Ukraina. Ia lantas membandingkan situasi di daerah yang baru dibebaskan di timur laut dengan “opera sabun berdarah Bucha”, di mana ia menuduh Rysua melakukan banyak kejahatan perang selama fase pertama perang.

“Hingga hari ini, ada 450 orang tewas terkubur (di wilayah Kharkiv timur laut). Tetapi ada yang lain, penguburan terpisah dari banyak orang. Orang-orang yang disiksa. Seluruh keluarga di wilayah tertentu," kata Zelenskiy kemarin 16 September 2022, pada Reuters.

Zelenskiy kemudian menyebut bahwa ada beberapa bukti kejahatan perang yang dilakukan Rusia. “Ada beberapa bukti dan penilaian sedang dilakukan (oleh) Ukraina dan internasional, dan ini sangat penting bagi kami, bagi dunia untuk mengenali ini,” ujarnya.

Ia juga memuji serangan balik cepat Ukraina, namun ia menepis saran bahwa perang memasuki permainan akhir. “Masih terlalu dini untuk berbicara mengakhiri perang ini,” kata Presiden Ukraina itu.

Lebih lanjut, ia mengatakan hanya mendukung gagasan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang berinisiatif membuka kembali ekspor amonia Rusia melalui Ukraina, jika Rusia menyerahkan kembali tawanan perang Ukraina.

Sementara itu, Gubernur wilayah Kharkiv Oleh Synhubov mengatakan pada Jumat lalu (16/9/2020), di salah satu situs pemakaman di kota Izium telah ditemukan beberapa mayat dengan tangan terikat di belakang punggung mereka.

Di lain sisi, Rusia terus menyangkal menargetkan warga sipil selama apa yang disebutnya “operasi militer khusus” di Ukraina. Rusia juga mengatakan, tuduhan pelanggaran hak asasi manusia adalah kampanye yang kotor.

Rusia juga belum mengomentari situs pemakaman massal di Izium. Situs itu adalah benteng garis depan Rusia, sebelum serangan balik Ukraina memaksa pasukan Rusia melarikan diri.

(Amelia Rahima Sari\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar