Sebut TNI Kayak Gerombolan, Effendi Simbolon Dikecam Prajurit TNI AD

Rabu, 14/09/2022 14:59 WIB
Video Prajurit TNI yang Beredar di Media Sosial (Twitter @kr1t1kp3d45_pro)

Video Prajurit TNI yang Beredar di Media Sosial (Twitter @kr1t1kp3d45_pro)

Jakarta, law-justice.co - Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDIP Effendi Simbolon menyebut TNI seperti gerombolan. Pernyataan ini lantas menuai kecaman dari prajurit TNI, utamanya dari Angkatan Darat (AD).

Mulanya, Effendi menyoroti ketidakhadiran Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dalam rapat di Komisi I. Menurut dia, ada disharmoni antara kedua jenderal itu.

“Kami banyak sekali ini temuan-temuan ini, insubordinari, disharmoni, ketidakpatuhan. Ini TNI kayak gerombolan ini, lebih-lebih ormas jadinya, tidak ada kepatuhan,” kata Effendi di ruang rapat, Senin (05/09/2022) lalu, dikutip dari CNN Indonesia.

Pernyataan itu kemudian berbuntut kecaman dari prajurit TNI yang beredar di media sosial. Salah satunya adalah prajurit TNI AD bernama Kopral Dua Arif.
“Hei, kau Effendi Simbolon, anggota dewan Komisi I DPR RI. Saya, kopral. Saya tidak terima TNI dibilang seperti gerombolan. Saya minta kau segera minta maaf secara terbuka kepada TNI,” kata Arif dalam videonya.

Selain itu, Komandan Kodim 0733 Kota Semarang Letkol Inf Honi Havana ikut buka mulut. Ia menyebut Effendi mengganggu solidaritas TNI.

“Politisi yang mengganggu solidaritas TNI. Saudara ES sudah menyakiti seluruh prajurit TNI dengan sikapnya yang arogan, terlalu masuk dalam urusan teknis dan internal TNI,” ujar Honi, kemarin (13/09/2022), pada CNN Indonesia.

Ia lantas mewanti-wanti, jangan sampai pernyataan politisi PDIP itu menimbulkan konflik seperti peristiwa 15 Oktober 1952. Pada saat itu, terjadi konflik antara TNI dengan DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara).

Sementara itu, Mabes (Markas Besar) TNI AD akhirnya buka suara tentang beredarnya video sejumlah prajuritnya yang mengecam Effendi. Kepala Dinas Penerangan TNI AD Kolonel Arh Hamim Tohari menyebut, tak ada instruksi dari Pimpinan TNI AD untuk melakukan hal itu.

“Mungkin saja itu terjadi sebagai reaksi spontan. Bukan cuma dari prajurit, bahkan dari masyarakat juga atas pernyataan seorang tokoh di ruang publik yang dianggap memancing kegaduhan,” ujar Hamim.

(Amelia Rahima Sari\Yudi Rachman)

Share:




Berita Terkait

Komentar