Krisis Energi Inggris Makin Buruk, Pensiunan Sampai Susah untuk Makan

Kamis, 01/09/2022 12:40 WIB
Bendera Inggris (Net)

Bendera Inggris (Net)

Inggris, law-justice.co - Berat badan Yvonne DeBurgo menyusut drastis dalam tiga bulan terakhir. Janda berusia 77 tahun asal Oxfordshire ini kehilangan nyaris 25 mon atau sekitar 12,5 kg berat badannya. Penyebabnya adalah karena hanya makan satu kali sehari, itu pun cuma dengan sepotong buah atau sandwich untuk makan malam.


DeBurgo kehilangan berat badan saat mencoba menghemat uang, lantaran krisis biaya hidup yang terjadi di Inggris yang terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Juli lalu, inflasi naik di atas 10% untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, didorong oleh melonjaknya biaya energi, makanan, dan bahan bakar. Bank of England memperkirakan inflasi akan melonjak menjadi 13% pada akhir tahun. Analis mengatakan itu bisa lebih tinggi lagi awal tahun depan.


DeBurgo, yang bergantung pada uang pensiun dan kredit pensiun tambahan mengatakan, tagihan belanjanya naik hampir dua kali lipat selama sekitar satu bulan. Disumbang oleh naiknya biaya bahan bakar yang lebih mahal daripada musim dingin.

"Saya tidak ingin berakhir, seperti, kerangka. Tapi apakah saya akan mampu makan kalau sudah begitu, saya tidak tahu," katanya kepada CNN.


Diproyeksi tagihan energi rata-rata rumah tangga Inggris akan naik menjadi £ 3.549 (sekitar US$ 4.180 atau Rp 62 goni). Angka itu naik sekitar 80%. Kenaikan harga terjadi setelah pemerintah menaikkan batas harga minggu lalu.

Pemerintah yang diharapkan hadir saat krisis malah tampil sebaliknya. Perdana Menteri Boris Johnson malah mengambil waktu cuti dalam waktu kurang dari sebulan sebelum uniform. Para pengkritik menuduhnya mencuci tangan dari krisis energi dan mengalihkan kesalahan pada perang Rusia di Ukraina.

"Kami juga tahu bahwa jika kami membayar tagihan energi kami untuk kejahatan Vladimir Putin, rakyat Ukraina membayar dengan darah mereka," kata Johnson dalam kunjungan ke Kyiv pada 24 Agustus.


Menurut data Center for Aging Better, sebuah badan amal yang berfokus pada peningkatan kehidupan orang tua, sekitar 2 juta pensiunan saat ini sudah hidup dalam kemiskinan sebelum krisis. Laporannya mencatat ada kenaikan sekitar 200.000 pensiunan miskin di 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Money and Pension Service, sekitar 44% orang yang telah mencapai usia pensiun di Inggris bergantung pada sumber uang pensiun. Sebagian besar pensiunan menggunakan pensiun dasar negara sebesar £ 141,85 seminggu, atau sekitar £ 7,400 per tahun.

Pensiun negara naik sebesar 3.1% pada April, tapi angka itu jauh di bawah tingkat inflasi pada saat itu, yakni sebesar 9%. Kenaikan berikutnya dalam pensiun negara baru akan terjadi April mendatang.

"Jadi mereka yang sedang berjuang itu berada dalam situasi di mana mereka akan mengalami masa yang lebih buruk dan lebih banyak lagi akan jatuh ke dalam kemiskinan karena apa yang terjadi," kata Morgan Vine, kepala kebijakan dan pengaruh di badan amal Independent Age.

Orang-orang yang menanggapi survei yang dilakukan oleh Independent Age pada Juni dan Juli melukiskan gambaran suram tentang kehidupan sehari-hari mereka.

"Saya sudah mematikan pemanas, saya tidak mengepel lantai saya sesering mungkin. Saya tidak sering menyedot debu, saya hanya mencuci jika saya benar-benar harus, saya tidak bisa lagi memanggang dengan cucu-cucu saya," kata salah satu pensiunan yang namanya tidak disebutkan.

Kemiskinan seperti itu memperburuk kondisi kesehatan, dengan angka harapan hidup juga menurun. Laporan Center for Aging Better juga mencatat bahwa jumlah tahun yang dihabiskan orang tua untuk kesehatan yang baik juga menurun.

"Jelas kami sangat khawatir ketika bulan-bulan yang lebih dingin datang karena kami pikir itu akan menyebabkan lebih banyak orang tua meninggal," kata Morgan Vine.

NHS melaporkan nyaris 10.000 orang meninggal di Inggris dan Wales pada tahun 2021 karena rumah mereka terlalu dingin. Dalam sebuah pernyataan pekan lalu, para pemimpin NHS memperingatkan "krisis kemanusiaan" yang akan datang jika pemerintah tidak mengatasi biaya energi, dengan mengatakan bahwa kemiskinan bahan bakar pasti akan menyebabkan permintaan tambahan yang signifikan pada layanan yang sudah sangat rapuh dan dapat meningkat jumlah kematian tahunan yang terkait dengan rumah dingin.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar