Ekonomi Indonesia Diprediksi Bakal `Diselimuti Mendung` di Tahun 2023

Selasa, 16/08/2022 21:02 WIB
Ekonomi Indonesia Diprediksi Bakal `Diselimuti Mendung` di Tahun 2023. (suara)

Ekonomi Indonesia Diprediksi Bakal `Diselimuti Mendung` di Tahun 2023. (suara)

Jakarta, law-justice.co - Ekonom yang merupakan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tertekan akibat perang Rusia-Ukraina dan risiko lonjakan inflasi di tahun 2023 mendatang.

"Tahun depan tampaknya masih menjadi tahun yang cukup kritis, kita masih dibayang-bayangi oleh krisis Rusia-Ukraina dan inflasi sebesar 3,3 persen di 2023," ujar Tauhid dalam diskusi publik, Selasa (16/8).

Menurut dia, hal ini tercermin dari keputusan pemerintah yang menetapkan pertumbuhan ekonomi di ambang batas bawah, yaitu 5,3 persen pada 2023.

Padahal dalam pembahasan Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPK) APBN 2023 pada Mei lalu, pemerintah optimis ekonomi RI tumbuh sebesar 5,3 persen-5,9 persen tahun depan.

"Dari apa yang disampaikan pak presiden, kami melihat tampaknya benar-benar terjadi awan gelap di 2023," ujar Tauhid.

Dia pun menilai pemerintah cenderung pesimistis dengan pertumbuhan ekonomi 2023. Menurutnya, seharusnya pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,9 persen jika optimis pada ekonomi 2023.

"Artinya pemerintah tidak optimis. Kalau optimis seharusnya berada di 5,9 persen," ujar Tauhid.

Sebelumnya, Jokowi dalam Pidato Pengantar Nota Keuangan RAPBN 2023 di Gedung DPR/MPR RI menyampaikan pemerintah akan mendorong penciptaan lapangan kerja baru untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di 2023.

"Ekspansi produksi yang konsisten akan terus didorong untuk membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Berbagai sumber pertumbuhan baru harus segera diwujudkan," tutur Jokowi.

Selain itu, pemerintah menargetkan inflasi di level 3,3 persen tahun depan. Angka itu sudah mempertimbangkan inflasi dari eksternal, terutama inflasi pangan dan energi.

"Asumsi inflasi pada level ini juga menggambarkan keberlanjutan pemulihan dari sisi permintaan, terutama akibat perbaikan daya beli masyarakat," terang Jokowi.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar