Hadapi Sambo Banyak Ranjau, Mahfud MD Minta Tolong BIN, Densus & BNPT

Minggu, 14/08/2022 06:07 WIB
Menkopolhukam Mahfud MD komentari kasus Ade Yasin soal WTP yang dibeli (suara)

Menkopolhukam Mahfud MD komentari kasus Ade Yasin soal WTP yang dibeli (suara)

Jakarta, law-justice.co - Seperti diketahui, sudah empat kali Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat pernyataan terkait kasus tewasnya Brigadir J dengan tersangka mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.

Namun hingga kini, masih ada upaya menghalang-halangi penyidikan kasus kriminal yang melibatkan beberapa petinggi Polri dan jajaran di bawahnya.

Dalam sebuah unggahan video yang di-posting akun Kritik Pedas di media sosial Twitter, Sabtu (13/8/2022) Menko Polhukam, Mahfud MD menegaskan bahwa pemerintah dan Polri berupaya semaksimal mungkin membuka tabir di balik ruwetnya pengusutan pembunuhan Brigadir J.

"Kapolri memang punya keinginan untuk membuka (kasus FS) ini dengan baik, tapi ini perlu dukungan politik dari kita (pemerintah)," kata Mahfud MD.

Sayangnya, lanjut Mahfud, ada upaya menghalang-halangi dari internal dalamnya.

"Karena kita tahu bahwa di dalam (lingkaran Ferdy Sambo) banyak masalahnya, banyak ranjau-ranjaunya. Sehingga Presiden memerintahkan untuk menyelesaikan dengan tuntas, transparan," papar Mahfud MD.

Pemerintah, lanjut Mahfud, percaya bahwa Kapolri bisa menyelesaikan ini.

"Tapi jangan terlalu lama. Artinya kepercayaan itu kalau terlalu lama akan berkurang," tegasnya.

Meski demikian, Mahfud mengatakan bahwa Polri butuh dukungan dari pemerintah dan masyarakat.

"Kita dorong dari situ, kita kawal dari udara juga. Saya tidak hanya ngomong di media, di medsos. Saya tiap hari kordinasi, tiap malam dengan Komnas HAM dengan LPSK, dengan perorangan di BIN, Densus, BNPT, dengan Polri, bahkan Kapolri, Kabareskrim. Kita juga bersinergi dengan NGO, lembaga lain.," jelas Mahfud.

Jadi, sambung Mahfud, tidak hanya lewat darat, polisi juga perlu tekanan dan dukungan serta opini publik juga.

"Nyatanya jalan kan," ucapnya.

Mahfudmengaku tidak bisa membayangkan skenario pertama itu tembak menembak yang hampir seminggu.

"Tapi bukan tembak menembak. Kita ngomong itu janggal, nggak benar. Ini kejanggalan-kejanggalannya. Setelah itu kan berbalik, bukan tembak menembak," terangnya.

Disinggung empat kali Presiden Joko Widodo membuat pernyataan agar kasus pembunuhan berencana Irjen Ferdy Sambo dibuka dengan terang benderang bahkan seberapa besar ranjaunya, Mahfud belum mau membukanya.

"Saya belum bisa mengatakan seberapa besar ranjaunya, saya sedang menghitung, tapi semua orang merasakan," tutupnya.

 

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar