Tesla Disebut Beli Nikel Indonesia Rp 74,5 T dari Perusahaan China

Rabu, 10/08/2022 21:16 WIB
Tesla Disebut Beli Nikel Indonesia Rp 74,5 T dari Perusahaan China. (Kompas)

Tesla Disebut Beli Nikel Indonesia Rp 74,5 T dari Perusahaan China. (Kompas)

Jakarta, law-justice.co - LSM Pencinta Lingkungan, Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) menyebut bahwa Perusahaan Mobil Listrik asal Amerika Serikat, Tesla Inc membeli nikel bernilai sekitar US$5 miliar atau setara Rp74,5 triliun (asumsi kurs Rp14.901 per dolar AS) dari dua perusahaan asal China di Indonesia.

"Perusahaan kendaraan listrik asal Amerika Serikat Tesla itu telah meneken kontrak pembelian nikel dari dua perusahaan asal Cina di Indonesia, yaitu Zhejiang Huayou dan CNGR Advanced Material," ungkap Koordinator JATAM, Melky Nahar melalui keterangan resmi, Selasa (9/8).

Zhejiang Huayou merupakan perusahaan yang bergerak dalam penelitian, pengembangan, dan pembuatan bahan baterai lithium energi baru dan produk bahan baru kobalt. Perusahaan ini berkantor pusat di Zona Pengembangan Ekonomi Tongxiang, Zhejiang, Cina.

Sementara, CNGR Advanced Material merupakan anak perusahaan dari Hunan CNGR Holding Group Co., Ltd, yang berfokus pada penyedia layanan profesional dan komprehensif bahan energi canggih untuk baterai lithium. Perusahaan ini berbasis di Cina Barat, Zona Pengembangan Ekonomi Dalong, Guizhou.

Melky mengatakan Zhejiang Huayou sendiri telah menandatangani Perjanjian Kerangka Kerjasama (Framework Cooperation Agreement) dengan PT Vale Indonesia untuk mengembangkan proyek pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara pada 27 April 2022 lalu.

Sedangkan, CNGR Advanced Material telah berinvestasi dalam dua proyek nikel matte dengan Rigqueza tahun lalu di Sulawesi, dengan total kapasitas tahunan 60 ribu ton. Perusahaan juga mencapai kesepakatan dengan raksasa nikel Tsingshan Holding Group, yang akan memasok produk sebanyak 40 ribu ton.

"CNGR Advanced Material juga telah menandatangani perjanjian dengan Riqueza International Pte Ltd yang berbasis di Singapura untuk bersama-sama berinvestasi dalam tiga proyek di kawasan industri Weda Bay untuk memproduksi nikel matte di Maluku Utara," imbuh Melky.

Selain itu, sambung Melky, perusahaan ini akan berinvestasi di tiga proyek baru di Indonesia untuk memproduksi nikel matte. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tahunan sebesar 120 ribu ton guna memenuhi peningkatan permintaan produk yang digunakan dalam pembuatan baterai mobil listrik.

Menurut Melky, kesepakatan Tesla dengan dua perusahaan asal China ini bertentangan dengan aturan dan atau kesepakatan yang dibuatnya sendiri, yaitu menerapkan secara ketat terkait aspek Environmental Social and Governance (ESG) dalam berinvestasi.

"Klaim Tesla, dalam rapat tahunan pemegang saham pada September 2020, yang akan menerapkan praktik bisnis yang tidak mencemari lingkungan sekaligus tetap memperhatikan aspek sosial adalah pepesan kosong," kata dia.

Melky menjelaskan di balik transaksi bisnis antara Tesla dengan Zhejiang Huayou dan CNGR Advanced Material itu, terdapat derita berkepanjangan rakyat dan lingkungan yang rusak.

CNGR Advanced Material, yang menjalin kesepakatan bisnis dengan raksasa nikel Tsingshan Holding Group (China), secara tidak langsung berkontribusi pada penghancuran ruang hidup warga di Morowali, Sulawesi Tengah dan Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara.

Tsingshan Group (Tiongkok) dan PT Bintang Delapan Group (Indonesia) merupakan pendiri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

"Aktivitas Bintang Delapan telah memicu bencana banjir bandang, menyebabkan dua orang meninggal dunia, serta ratusan rumah penduduk dan bangunan pemerintah, serta fasilitas umum rusak parah di tiga desa yakni Desa Dampala, Le Le, dan Desa Siumbatu, Morowali pada 8 Juni 2019," kata Melki.

Selain itu, aktivitas IMIP juga memicu terjadinya pencemaran air laut di wilayah Desa Kurisa, Bahodopi. Air laut tiba-tiba berubah warna menjadi hitam pada Juni 2021 lalu.

Melky menyebut warga menduga timbunan batu bara yang masif terseret ke pembuangan air panas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berdaya 65 kali 2 megawatt milik IMIP saat hujan deras dan mengalir langsung ke laut.

Untuk menunjang operasinya, IMIP menggantungkan kebutuhan listriknya dari PLTU batu bara. Menurut Melky, hingga saat ini sudah terbangun tiga PLTU dengan total kapasitas mencapai 1.180 megawatt dari total sepuluh PLTU yang akan dibangun dan digunakan oleh IMIP.

"Akibatnya, warga di Desa Fatufia, tempat di mana PLTU PT IMIP berlokasi, terpapar debu dari stockpile batu bara berbentuk butiran halus hitam yang bertebaran sampai ke rumah-rumah warga," kata dia.

Di sisi lain, transaksi bisnis antara Zhejiang Huayou dan PT Vale Indonesia juga mempertaruhkan keselamatan warga di Luwu Timur dan Pomalaa, Sulawesi Selatan. Pasalnya, keberadaan Vale Indonesia telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat di Malili, Luwu Timur.

Melky menyebut pada 2014, tumpahan minyak dari Vale Indonesia telah mencemari Laut Lampia. Lalu, pada 2018, Danau Mahalona juga tercemar berat akibat sedimentasi tanah bekas penambangan.

Kemudian, pada Agustus 2021, operasi Vale juga mencemari perairan Pulau Mori, mengakibatkan terganggunya biota perairan, kesehatan, dan mata pencaharian warga.

Disisi lain, Juru Bicara Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan Jodi Mahardi membenarkan bahwa Tesla telah bekerja sama dengan perusahaan China yang ada di Indonesia.

Meski demikian, menurutnya kerja sama tersebut juga mendatangkan keuntungan bagi Indonesia.

"Kan pabriknya di Indonesia, tenaga kerjanya orang Indonesia, pajaknya bayar di Indonesia meskipun perusahaannya Tiongkok," kata Jodi seperti melansir cnnindonesia.com.

Dia pun menjelaskan beberapa tahun belakangan Indonesia telah melarang ekspor bijih nikel, dan mendorong pemrosesan bijih nikel di dalam negeri.

Karenanya, perusahaan-perusahaan luar membangun pabrik pengolahan bijih nikel di dalam negeri. Kemudian, produknya menjadi komoditas ekspor seperti besi baja dan bahan baku baterai yang memberi nilai tambah.

"Keuntungan buat negara tentunya banyak, antara lain, tenaga kerja, penerimaan pajak, devisa, mendorong industrialisasi," imbuh Jodi.

Sebelumnya, Luhut mengklaim Tesla telah menandatangani kontrak senilai sekitar US$5 miliar untuk membeli bahan baterai dari perusahaan pengolahan nikel di Indonesia.

Luhut merinci kontrak yang ditandatangani Tesla dilakukan untuk pembelian selama lima tahun.

Kontrak ditandatangani dengan perusahaan pengolahan nikel yang beroperasi di luar Morowali di pulau Sulawesi. Nantinya nikel yang dibeli akan digunakan dalam baterai lithium Tesla.

Dia mengatakan pihaknya masih terus bernegosiasi dengan Tesla supaya mereka mau berinvestasi di Indonesia.

"Kami masih terus bernegosiasi dengan Tesla, tetapi mereka sudah mulai membeli dua produk unggulan dari Indonesia," kata Luhut.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar