Fatima Payman, Perempuan Berhijab Pertama Jadi Senator Australia

Sabtu, 06/08/2022 13:35 WIB
Fatima Payman, legislator berhijab pertama di Australia (Net)

Fatima Payman, legislator berhijab pertama di Australia (Net)

Australia, law-justice.co - Dulu sangat seragam, kini dunia perpolitikan Australia semakin berwarna. Pada Juni lalu, parlemen federal Australia melantik menteri perempuan Muslim pertamanya, Anne Aly. Kemudian, di akhir Juli, senat negara bagian Australia Barat melantik perempuan berhijab pertama sebagai senator. Ia bernama Fatima Payman.

Siapakah Fatima Payman? Dilansir Vogue Arabia, Fatima merupakan senator perempuan Muslim berhijab pertama dalam sejarah perpolitikan Australia. Perempuan berusia 27 tahun ini juga merupakan senator termuda ketiga dalam sejarah Australia.

Lahir di Afghanistan pada 1995 silam, ia merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia dan keluarganya adalah imigran asal Afghanistan yang akhirnya menetap di wilayah utara kota Perth, Australia Barat. Dengan latar belakang ini, Fatima juga menjadi orang keturunan Afghanistan pertama yang terpilih sebagai senator di Australia.

Dikutip dari biografi resmi di situs Partai Buruh Australia, ayah Fatima bekerja sebagai juru masak, satpam, dan sopir taksi. Sementara sang ibu merupakan ibu rumah tangga yang juga memiliki usaha menyediakan jasa kursus mengemudi mobil.

Kerja keras sang ayah pun menjadi motivasi kuat Fatima untuk terus bekerja dengan giat. Dalam wawancara dengan BBC, sang ayah jugalah yang memperkuat tekad Fatima untuk menjadi seorang politikus.

"Ia selalu berbicara soal politik. Ia selalu berkata, `Ayah akan membawa kamu kembali ke Afghanistan dan membantumu agar bisa terpilih [di kursi pemerintahan], sehingga kita bisa memperbaiki kehidupan masyarakat di sana. Ayah tidak pernah terbayang bahwa saya punya kesempatan di Australia," ungkap Fatima, sebagaimana dikutip dari BBC.

Fatima kehilangan sosok role model-nya tersebut pada 2018 silam. Sejak itulah, pemahaman Fatima akan kerja keras dan perjuangan semakin mendalam.

 

Peduli dengan isu perempuan dan anak muda

Sebagai seorang imigran, Fatima tahu betul beratnya perjuangan untuk mencapai kesuksesan di Australia. Dilansir situs resmi Partai Buruh, Fatima memiliki kepedulian terhadap isu-isu para pekerja di Australia, perempuan, serta anak muda. Ia ingin mendorong para perempuan dan anak muda agar berani bersuara dan mengungkapkan opininya.

Dalam pidatonya di parlemen Australia Barat pada 27 Juli lalu, Fatima bahkan mengajak para perempuan Muslim Australia yang memilih untuk berhijab agar mengenakannya dengan rasa bangga.

"Untuk mereka yang memilih menghakimi saya soal apa yang harus saya kenakan, atau menghakimi kompetensi saya hanya berdasarkan penampilan luar saya, ketahuilah bahwa hijab adalah pilihan saya," tegas Fatima, dilansir dari Vogue Arabia.

"Saya ingin para perempuan muda yang memilih untuk berhijab agar mengenakannya dengan rasa bangga, dan mengenakannya dengan mengetahui bahwa mereka berhak untuk berhijab. Saya tidak akan menghakimi orang yang mengenakan celana ketat pendek dan sandal jepit di jalanan. Jadi, saya tidak ingin orang menghakimi saya hanya karena saya mengenakan hijab," tambahnya.


Fatima pernah menjadi relawan penggalangan dana untuk Penny Appeal Australia, organisasi amal nonprofit yang menggalang dana lewat zakat dan sadaqah. Kemudian, Fatimah juga bergabung dengan Edmund Rice Centre, organisasi nonprofit yang bertujuan untuk membantu perkembangan kemampuan pemimpin-pemimpin muda.

Kemudian, sejak 2017, Fatima telah bekerja sama dengan Kepolisian Australia Barat untuk membantu kepolisian lebih memahami tantangan yang dihadapi oleh anak muda dan masyarakat imigran.

Harapan Fatima untuk pemerintahan Australia


Tentu saja, sebagai senator perempuan berhijab pertama di Australia Barat, pencapaian Fatima merupakan prestasi tersendiri. Namanya pun seketika terkenal di mana-mana, lengkap dengan embel-embel "senator perempuan Muslim berhijab pertama."

Dilansir BBC, Fatima mengungkapkan bahwa sang ibu sangatlah bangga dan tidak bisa berhenti menangis. "Ibu saya berkata, `Kamu tahu, Ayah akan sangat bangga dengan kamu,`" ucap Fatima.

Ia berharap, ke depannya, perempuan berhijab di lingkungan pemerintahan Australia bukan lagi menjadi hal baru yang menakjubkan, melainkan menjadi hal yang lazim terjadi.

"Saya percaya bahwa suatu hari nanti, fakta bahwa seorang anggota parlemen atau senator mengenakan hijab tidak lagi menjadi headline berita. Itulah yang saya harapkan bisa saya lakukan," tutup Fatima.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar