Junta Militer Makin Brutal, Indonesia Beri Peringatan Keras ke Myanmar

Sabtu, 06/08/2022 06:35 WIB
Junta militer Myanmar (AFP)

Junta militer Myanmar (AFP)

Jakarta, law-justice.co - Para menteri Asia Tenggara, termasuk Indonesia di dalamnya, mengomentari krisis yang terjadi di Myanmar. Mereka mengutuk kurangnya kemajuan dalam rencana resolusi tersebut.


"Sangat kecewa dengan kemajuan terbatas dan kurangnya komitmen dari otoritas Naypyidaw untuk implementas tepat waktu dan lengkap dari konsensus lima poin," kata para menteri luar negeri dalam pernyataan bersama setelah pembicaraan di Phnom Penh, dikutip dari AFP, Jumat (5/8/2022).


"Sangat kecewa dengan kemajuan terbatas dan kurangnya komitmen dari otoritas Naypyidaw untuk implementas tepat waktu dan lengkap dari konsensus lima poin," kata para menteri luar negeri dalam pernyataan bersama setelah pembicaraan di Phnom Penh, dikutip dari AFP, Jumat (5/8/2022).

Kepada peringatan terselubung kepada junta Myanmar, menurut mereka, pertemuan para pemimpin akhir tahun ini masih bisa mengambil tindakan atas ketidakpatuhan.


Keputusan Asean biasanya diambil lewat konsensus. Namun pasal 20 menyatakan memperbolehkan pertemuan puncak untuk dilakukan dan mengesampingkan prinsip tersebut.

Myanmar mengalami masa kudeta pada Februari tahun lalu. Kejadian itu membuat banyak korban tewas dari tindakan brutal para militer, lebih dari 2.100, ungkap kelompok pemantau lokal.

Diplomat Myanmar, Wunna Maung Lwin tidak diundang dalam pertemuan Phnom Penh. Selain itu dia juga dikeluarkan dari retreat menteri luar negeri pada Februari lalu.

Sebelumnya, pemimpin junta Min Aung Hlaing dihina dalam pertemuan puncak yang dilakukan tahun lalu dengan para pimpinan lain.

Selain itu para menteri luar negeri juga mengutuk eksekusi bulan pada Phyo Zeya Thaw dan aktivis veteran plitik Kyaw Min Yu. Thaw adalah rapper yang menjadi anggota parlemen dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang dipimpin Aung San Suu Kyi.

Awal minggu ini, Malaysia juga mengindikasikan Myanmar bisa mendapatkan peringatan dari blok tersebut. Jika mereka tidak melihat ada kemajuan nyata jelang pertemuan pemimpin.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar