Ini 5 Tips agar Mudah dalam Melaporkan Kasus Pidana

Jum'at, 15/07/2022 15:58 WIB
Cara melaporkan kasus pidana ke polisi (jpnn)

Cara melaporkan kasus pidana ke polisi (jpnn)

Jakarta, law-justice.co - Cara melaporkan kasus pidana menjadi salah satu faktor penting agar dapat diproses dan dilanjutkan oleh penyidik. Oleh karena itu, hal ini tidak boleh dipandang remeh.

Seringkali laporan pidana jalan di tempat atau ditolak karena tidak siapnya pelapor dalam membuat laporannya, tidak tahu siapa saksi yang harus diajukan atau bahkan bingung menentukan lokasi dimana tindak pidana terjadi.

Perhatikan hal-hal berikut ini agar laporan pidana yang akan diajukan menjadi maksimal.

1. Usahakan membuat analisa SWOT perkara.

Langkah ini, untuk menentukan poin penting mana yang menjadi kelebihan dan mana yang menjadi kelemahan, serta kita dapat melihat peluang apa yang kita miliki serta ancaman apa yang akan kita hadapi, setelah laporan pidana tersebut dilakukan.

Untuk laporan pidana, yang menjadi kekuatan (Streght) adalah alat bukti apa saja yang kita miliki sehingga dapat mendukung kita untuk mencapai tujuan laporan pidana (biar tidak menjadi laporan yang dianggap tidak mencukupi bukti) ini fatal loh, bisa-bisa kita dilaporin balik. Sedangkan kelemahan (Weaknesses) adalah hal penghambat apa yang dapat menggangu upaya pencapaian tujuan kita, misalnya saksi fakta yang kita punya apakah sudah mencukupi kriteria yang ditentukan? Biar saksi tidak terkwalifakasi sebagai saksi yang mengada-ada saja.

Peluang (Oportunities) merupakan hal mana saja apabila dimanfaatkan dengan baik akan membawa manfaat bagi kita untuk mencapai tujuan laporan pidana, misalnya, mempunyai hubungan baik dengan penyidik di tempat laporan pidana terjadi, peluang lain adalah apabila kita tepat menunjuk pengacara untuk mewakili kepentingan kita. Sebab, catatan keberhasilan pengacara dalam menangani suatu masalah pidana, sangat menentukan untuk strategi pencapaian laporan kita.

Hal lain adalah ancaman (Threats) merupakan hal di luar kehendak kita yang dapat memberikan hambatan bagi kita dalam mencapai tujuan, misalnya adanya ancamana laporan balik, hal ini akan membuat proses laporan kita menjadi lambat, karena konsentrasi kita pasti akan terbagi, atau hilang dan rusaknya alat bukti yang kita miliki maupun adanya upaya untuk menghilangkan barang bukti dari pihak lawan, dll.

2. Perjelas siapa yang menjadi terlapor dalam dugaan tindak pidana tersebut.

Langkah tidak kalah penting, sebab penentuan terlapor adalah kunci utama dalam menentukan pertanggungjawaban pidana, ini kaitannya dengan sejauh mana tindakan dan peran seseorang yang kita anggap menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana. Jadi, kita harus fokus pada orang yang memiliki keterkaitan langsung misalnya, orang yang berbuat atau orang yang turut serta dalam perbuatan tersebut. Jangan karena “seteru” terhadap orang lain yang tidak ada kaitannya, lantas kita kaitkan tanpa adanya peran dan tindakan orang tersebut secara langsung atau tidak langsung, hal ini tentunya akan menjadi sia-sia.

3. Sebutkan dengan jelas dimana lokasi dugaan tindak pidana terjadi, untuk menentukan dimana kantor polisi yang berwenang menangani.

Langkah ini, kaitannya dengan locus delicti (tempat kejadian perkara) ini akan membuat kita tepat dalam mengajukan laporan pidana pada pihak yang berwenang memeriksa dan menyidik masalah pidana yang kita laporkan (khususnya polsek/polres atau polda) sesuai dengan tempat kejadian, jangan sampai tempat kejadian misalnya di “Ciledug” lantas kita melapor di “Polres” Kebayoran Baru, dengan alasan karena dekat dengan rumah atau tempat kerja.

4. Buatlah tabel pemenuhan unsur pidana didukung daftar saksi dan bukti.

Tahapan ini, idealnya untuk para pengacara yang menjadi penasihat hukum kita, khususnya untuk menentukan unsur pidana ”unsur delicti”, sebab sudah menjadi “hersendelir” pemahaman dalam dunia hukum, bahwa unsur suatu tindak pidana harus terpenuhi secara keseluruhan (kumulatif), apabila salah satu unsur tidak terpenuhi, maka seseorang tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana atas perbuatan yang dilakukan.

Sedangkan, untuk daftar saksi dan bukti yang harus kita identifikasi adalah untuk menentukan saksi mana dan bukti mana yang kita miliki yang mampu membantu mengungkapkan tindak pidana tersebut kepada pihak pihak berwenang, hal ini dapat kita lihat pada analisa SWOT yang telah dibuat sebelumnya.

5. Buatkan resume singkat laporan pidana untuk keperluan pelaporan

Tahapan yang terakhir ini adalah sebagai pegangan kita untuk menjelaskan tentang kronologis kejadian, agar tidak ada fakta hukum yang dilewatkan oleh kita dalam memberikan keterangan kepada pihak penyidik atau pengacara kita, Anda boleh membaca resume yang sudah dibuat ketika ditanya, sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam menerangkan kronologis tindak pidana tersebut.

Dengan persiapan sesuai langkah di atas, kita bisa mengukur kekuatan dan kelemahan dalam perkara tersebut. Jangan lupa, buatlah semuanya dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Khusus untuk para lawyer, hindari menggunakan jargon hukum atau bahasa asing. Klien seringkali tidak perlu mengetahui tentang hal tersebut. Jangan ragu berkonsultasi dengan lawyer atau pengacara yang berkompeten untuk membantu anda.

 

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar