Mantan Pejabat Intelijen Arab Saudi: Pangeran MbS Berjiwa Psikopat

Rabu, 13/07/2022 08:28 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi  Pangeran Mohammed bin Salman  (AFP)

Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (AFP)

Jakarta, law-justice.co - Salah seorang mantan pejabat intelijen Arab Saudi, Saad Aljabri, menyebut bahwa Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) punya kepribadian psikopat.

"Saya ingin memperingatkan tentang seorang psikopat, pembunuh, di Timur Tengah dengan sumber daya tak terbatas, yang mengancam keluarganya, warga Amerika, dan ke planet," kata Aljabri seperti melansir cnnindonesia.com.

"Psikopat tanpa empati, tidak merasakan emosi, tidak pernah belajar dari pengalamannya. Dan kita telah menyaksikan kekejaman dan kejahatan yang dilakukan pembunuh ini," lanjutnya.

Aljabri merupakan penasihat dari Mohammed bin Nayef. Nayef sendiri merupakan keponakan dari Raja Salman.

Namun, MbS menghapus Nayef dari bangku takhta Saudi dalam pembersihan istana pada 2017.

Aljabri sendiri sempat menjadi salah satu petinggi badan intelijen Saudi, pun mendapatkan gelar Ph.D. di ilmu intelijen tiruan.

Namun, Aljabri berada di pihak yang tak disukai MbS. Atasan Aljabri, Nayef, merupakan salah satu saingan MbS dalam meraih takhta Saudi.

Melihat kondisi ini, Aljabri terbang ke Kanada dan menolak kembali ke Saudi. Namun, keluarga Aljabri menjadi incaran MbS.

Kedua anak Aljabri, Sarah dan Omar, kini dipenjara di Saudi. Menantu Aljabri juga ditangkap pemerintah Saudi di negara ketiga dan dibawa kembali ke kerajaan.

Selain itu, Aljabri mengatakan MbS sempat memamerkan diri ke Nayef bahwa dirinya dapat membunuh Raja Abdullah agar ayahnya, Raja Salman, naik takhta.

"Dan dia [MbS] mengatakan kepada dia [Nayef], saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya mendapatkan cincin beracun dari Rusia. Itu cukup untuk saya [membunuhnya], saya tinggal menjabat tangannya dan dia selesai," kata Aljabri.

Sementara itu, Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington merespons informasi Aljabri tersebut.

"Saad Aljabri adalah mantan pejabat pemerintah yang didiskreditkan karena sejarah panjang memalsukan dan membuat distraksi untuk menyembunyikan kejahatan finansial yang ia lakukan, yang bernilai miliaran dolar, untuk memberikan gaya hidup mewah bagi dirinya dan keluarganya," demikian pernyataan Kedubes Saudi.

Pemerintah Saudi sempat menuduh Aljabri mencuri dana sebesar US$500 juta (Rp7,5 triliun) dari anggaran kontra-terorisme. Namun, tuduhan itu dibantah Aljabri.

Aljabri juga menyampaikan kekayaannya berasal karena ia melayani monarki kerajaan selama dua dekade. Menurutnya, keluarga kerajaan Saudi yang dia layani sangat baik dan dermawan.

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar