Prabowo Beberkan Alasan Mau Jadi Menteri Jokowi usai Kalah di Pilpres

Rabu, 06/07/2022 18:59 WIB
Foto Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo saat berada di gerbong MRT, 13 Juli 2019. Foto ini diposting oleh Prabowo di akun Instagramnya. Foto/Twitter Prabowo

Foto Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo saat berada di gerbong MRT, 13 Juli 2019. Foto ini diposting oleh Prabowo di akun Instagramnya. Foto/Twitter Prabowo

Jakarta, law-justice.co - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto akhirnya buka suara membeberkan alasannya mau menjadi anak buah Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kabinet Indonesia Maju.

Pernyataan itu disampaikan Prabowo dalam potongan video yang diunggah akun Instagram @fraksipartaigerindra, Rabu (6/7).

Prabowo mengungkapkan bahwa sejumlah negara menilai saat ini politik Indonesia dalam kondisi stabil.

Menurutnya, beberapa negara itu pun bingung dengan langkah Prabowo yang mau menduduki jabatan Menteri Pertahanan (Menhan) di pemerintahan Jokowi.

Padahal, Prabowo merupakan rival Jokowi di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019.

"Politik kita dianggap stabil sekarang, bayangkan. Saya keliling ke mana-mana di dunia, mereka bingung, kok bisa Anda rivalnya Pak Jokowi kok Anda mau sekarang anak buahnya Pak Jokowi," kata Prabowo dalam potongan video itu.

Dia berkata, kondisi politik yang stabil seperti yang terjadi di Indonesia saat ini tidak terlihat di Amerika Serikat (AS). Menurutnya, dua parpol di AS, Demokrat dan Republik tidak mau duduk satu meja dalam sejumlah kesempatan.

Bahkan, Prabowo mengungkapkan, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tidak mengakui kekalahan yang dialami dalam kontestasi pilpres AS yang lalu.

"Di `mbah`-nya demokrasi, AS, Anda lihat antara Partai Demokrat dan Republik sampai sekarang mereka itu kadang-kadang duduk satu meja pun tidak mau. Bahkan, ada presiden mereka, Donald Trump, sampai hari ini belum mengakui bahwa dia kalah," ucapnya.

Dia menyampaikan, kondisi politik yang stabil terjadi karena Indonesia menganut filosofi tidak boleh bermusuhan walau berbeda pendapat.

Menurutnya, perbedaan pendapat merupakan hal yang kerap terjadi dalam sebuah keluarga. Namun, Prabowo bilang, perbedaan pendapat itu tak lantas membuat para anggota keluarga bermusuhan.

"Mereka bingung kok di Indonesia bisa. Di Indonesia filosofi kita lain, filosofi kita adalah bahwa kalau kita berbeda pendapat tidak berarti kita harus bermusuhan," ujar Prabowo.

"Kadang-kadang kakak adik di satu keluarga ribut, ya kan? Masa mau gontok-gontokan kakak adik? Kadang-kadang kita berbeda pandangan dengan orang yang paling dekat sama kita, istri kita lah, kadang-kadang orang tua kita, kadang-kadang anak kita, tapi tetap keluarga kita," sambungnya.

Prabowo berkata, hal itu merupakan budaya Indonesia di mana kekeluargaan tetap harus terjaga meski terjadi persaingan atau perbedaan pendapat.

Prabowo menyatakan dirinya tidak bisa marah dengan kekalahan di Pilpres 2019 silam. Menurutnya, jabatan Menteri Pertahanan yang diembannya saat ini merupakan hal yang lumayan.

"Jadi, kita bisa selesaikan perbedaan pendapat. Tidak bisa 100 persen kita puas, tapi lumayan 70 persen. Saya ingin jadi Presiden, enggak jadi. Mau marah-marah? Mau marah sama Tuhan? Ya enggak bisa. Tapi lumayan, saya Menteri Pertahanan sekarang," katanya.

Dia melanjutkan, dirinya juga saat ini merupakan ketua umum dari salah satu parpol yang berada di DPR RI. Jumlah parpol yang ada di parlemen saat ini yaitu sembilan.

Atas dasar itu, Prabowo berkata, sembilan parpol yang berada di DPR RI itu merupakan penentu negara karena proses pembuatan undang-undang harus berdasarkan persetujuan sembilan parpol itu.

"Saudara-saudara, saya tidak hanya Menteri Pertahanan, saya ketua umum partai. Anda tahu, di DPR skearang hanya ada sembilan partai. Jadi, sorry aja ya, aku termasuk satu dari sembilan ketua umum," kata Prabowo.

"Jadi negara ini ditentukan oleh sembilan ketua umum itu, benar enggak? Presiden ya presiden, wapres ya wapres. Tapi, sembilan partai, UU harus disetujui oleh parpol, lumayan dong gue?" imbuhnya.

Prabowo pun meminta kader Gerindra tidak sakit hati dan tidak meminta-minta jabatan. Menurutnya, jabatan bisa membuat pusing.

"Enggak usah sakit hati dan jangan minta-minta jabatan, nanti pusing kalian, dikasih jabatan baru bingung," ujarnya.

 

(Annisa\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar