Ingatkan Indonesia, Ukraina Sebut Janji Putin Sogokan

Selasa, 05/07/2022 15:51 WIB
Presiden Jokowi dan Vladimir Putin (republika)

Presiden Jokowi dan Vladimir Putin (republika)

Jakarta, law-justice.co - Presiden Rusia Vladimir Putin disebut akan ikut membantu Indonesia dalam membangun IKN Nusantara. Namun, hal itu disebut Ukraina melalui duta besarnya di Jakarta Vasyl Hamianin sebagai sogokan. Oleh karena itu, Ukraina pun meminta Indonesia untuk berhati-hati.

Hamianin mewanti-wanti Indonesia jangan percaya begitu saja dengan janji manis Putin saat berpidato bersama dengan Jokowi. Sebab, dalam pidatonya itu, Putin juga menawarkan sejumlah bantuan dan investasi.

"Itu adalah metode umum yang selalu dilakukan Rusia, seperti sogokan, tetapi Rusia mencoba membuktikan negaranya masih hebat. Anda tahu tidak, masalahnya adalah Rusia tidak mampu memproduksi apapun, kecuali mungkin gas," kata Hamianin dalam konferensi pers pada Selasa (5/7).

"Saya pikir tak berguna bagi Rusia untuk mencoba membuktikan kehebatan mereka dan mencoba membuktikan mereka dapat bekerja sama, kecuali memeras dan mengancam dunia," lanjutnya.

Sejak invasi ke Ukraina berlangsung pada Februari lalu, Rusia terus diisolasi dan dihantam berbagai sanksi hampir di seluruh sektor, terutama oleh negara Barat. Rusia juga terus dikecam dan diisolasi oleh negara Barat di kancah internasional.

Rusia juga terancam mengalami gagal bayar utang luar negerinya untuk pertama kalinya sejak Revolusi Bolshevik yang terjadi pada lebih dari satu abad yang lalu.

Gagal bayar tersebut terjadi berkaitan dengan pembayaran bunga utang sebesar US$100 juta; satu dalam mata uang dolar AS RU000A0JWHA4 dan satu lagi dalam euro RU234748670.

Pembayaran bunga utang sebenarnya jatuh tempo pada 27 Mei. Tapi, ada masa tenggang pembayaran selama 30 hari dari masa jatuh tempo yang berakhir pada Minggu (27/6) kemarin.

Hamianin menilai janji manis Rusia soal berbagai tawaran bantuan dan investasi itu ditujukan Putin untuk mengalihkan fokus masalah yang sebenarnya terjadi.

"Itu mengalihkan perhatian dari masalah inti, mencoba membangun agenda bilateral dan sebagainya, mengalihkan fokus dari inti masalah yang terjadi di dunia saat ini," tutur Hamianin lagi.

Dalam konferensi pers bersama Jokowi di Kremlin, Putin memang menyampaikan beberapa tawaran kerja sama ekonomi, termasuk dalam bidang nuklir dan infrastruktur.

"Banyak perusahaan kami, termasuk perusahaan energi, beroperasi di Indonesia. Ada ketertarikan untuk mengembangkan industri tenaga nuklir nasional (Indonesia)," papar Putin.

"Dengan pengalaman unik, kompetensi, dan teknologi yang tak tertandingi, Rosatom State Corporation juga bersedia mengambil bagian dalam proyek bersama, termasuk proyek yang terkait dengan penggunaan non-energi teknologi nuklir, misalnya, di bidang kedokteran dan pertanian," katanya lagi.

Selain itu, Putin juga menawarkan kerja sama untuk membantu mengembangkan infrastruktur transportasi dan logistik di Indonesia.

"Kereta Api Rusia dapat berperan dalam inisiatif skala besar Indonesia untuk memindahkan ibu kota negara ke Pulau Kalimantan. Moskow, ibu kota Rusia, yang berkembang dengan kecepatan yang sangat baik dengan perkembangan kualitas tinggi, juga dapat berpartisipasi dengan proyek ambisius ini," tutur Putin lagi.

Dalam pertemuan itu, Putin juga memamerkan kerja sama ekonomi antara Rusia-Indonesia yang diklaimnya terus berkembang dan meningkat jumlahnya.

Putin juga mengingatkan bahwa relasi Indonesia-Rusia sudah terjalin bahkan sejak awal kemerdekaan RI. Ia mengatakan Rusia saat itu Uni Soviet juga membantu Indonesia membangun negaranya dan diakui kemerdekaannya.

"Saya ingatkan kembali bahwa negara kami membantu Indonesia membangun kenegaraan dan memperkuat posisi republik muda di kancah internasional," ucap Putin.

"Dengan partisipasi para spesialis, insinyur dan kontraktor kami, fasilitas infrastruktur transportasi dan industri besar, stadion, rumah sakit, dan institusi penting lain dibangun di Indonesia. Banyak di antara bangunan itu yang beroperasi hingga hari ini."

 

(Nikolaus Tolen\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar