Ternyata ini Alasan Petani Sawit RI Paling Suka Jual TBS ke Malaysia

Senin, 04/07/2022 11:40 WIB
Pengangkutan tandan kelapa sawit (Foto: Greenpeace)

Pengangkutan tandan kelapa sawit (Foto: Greenpeace)

Jakarta, law-justice.co - Petani RI banyak yang menjual tandan buah segar (TBS) sawit ke Malaysia karena harganya di dalam negeri anjlok.


Penjualan terlihat dari video yang diunggah akun Instagram @majeliskopi08 falls Sabtu (2/7). Dalam video tersebut terlihat beberapa truk pengangkut sawit sedang berhenti di sebuah jalan.

Seorang pria yang tampak dalam video itu menjelaskan sawit-sawit itu akan dijual ke Malaysia.

"Kami mau bawa buah ke Malaysia. Kami bawa hari ini 30 ton, soalnya harga buah di Indonesia seperti kata-katanya Indra Kenz `Wah murah banget`," kata seorang pria dalam video tersebut.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung membenarkan aksi jual tersebut. Ia mengatakan penjualan dilakukan karena harga sawit di Malaysia lebih tinggi.

Berikut perbedaannya.

Di Malaysia, harga TBS masih berada di kisaran Rp3.500 hingga Rp4.500 per kg. Sementara harga TBS di Kalimantan Utara dan Kalimantan Tengah hanya sekitar Rp1.200 hingga Rp1.600 per kg.

Menurutnya, penjualan banyak dilakukan para petani sawit di provinsi yang berbatasan dengan Malaysia, seperti Kalimantan Utara dan Kalimantan Tengah.

"Memang secara aturan regulasi itu tidak dibenarkan. Tapi mau bagaimana lag. PKS (pabrik kelapa sawit) banyak sudah menolak TBS pekebun, bahkan sudah banyak yang tutup. Sementara petani sawit harus melanjutkan hidup dan membiayai keluarganya," kata dia kepada CNNIndonesia.com, Senin (4/7).

Gulat menuturkan perbedaan harga yang cukup signifikan cukup memberatkan petani.

Gulat menuturkan dalam kondisi seperti ini semua pihak dirugikan, baik petani, negara, korporasi. Oleh karena itu ia mengingatkan pemerintah harus mencari tahu penyebab jatuhnya harga TBS dalam negeri.

"Negara gak boleh hanya mengimbau-mengimbau, tapi perbaiki mana penyebab utamanya. Semua berpacu dengan waktu, sebelum terlambat," tandasnya.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar