Prancis Tak Setuju Zelensky Sebut Rusia Sponsor Terorisme

Rabu, 29/06/2022 14:58 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron (ist)

Presiden Prancis, Emmanuel Macron (ist)

Jakarta, law-justice.co - Di tengah konflik antara Rusia dengan Ukraina, Presiden Prancis Emmanuel Macron tak setuju dengan usulan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Zelensky mengusulkan agar Rusia disebut sebagai negara yang mensponsori terorisme.

Sebelumya pada Senin, Zelensky mengklaim bahwa negara Rusia telah menjadi organisasi teroris terbesar di dunia. "Dan ini harus menjadi fakta hukum," tulis Zelensky di Telegram, Seperti dikutip dari RT, Rabu (28/6/2022).

Mengomentari pernyataan Zelensky selama konferensi pers pada Selasa, Macron mengatakan bahwa negaranya tidak mengikuti metodologi seperti itu dan telah konsisten dalam pendekatannya terhadap kejahatan perang Rusia.

Merujuk pada dugaan pembunuhan warga sipil di kota Bucha oleh pasukan Rusia (yang selalu dibantah keras oleh Moskow), Macron menyatakan bahwa “ini adalah kejahatan perang.”

"Paris mengutuk mereka dan mendukung penyelidikan yang pada akhirnya akan membawa mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman ke keadilan Ukraina dan internasional," kata Macron.

“Kami memberikan sanksi kepada Rusia dan kami tidak memerlukan definisi apa pun untuk melaksanakan sanksi ini,” kata pemimpin Prancis itu.

Macron secara konsisten menolak menggunakan istilah yudisial untuk menggambarkan situasi di Ukraina. Pada bulan April, dia mengatakan bahwa dia tidak akan menggunakan kata `genosida` untuk menggambarkan perilaku Rusia di Ukraina, menjelaskan bahwa kata `genosida` harus dikualifikasikan oleh para ahli hukum, bukan oleh politisi.

Zelensky, sementara itu, mengklaim bahwa setiap orang di dunia harus tahu bahwa membeli atau mengangkut minyak Rusia, mempertahankan kontak dengan bank-bank Rusia, membayar pajak dan bea masuk ke negara Rusia berarti memberikan uang kepada teroris.

Sejak peluncuran serangan militer Rusia di Ukraina, Moskow dan Kiev telah saling menuduh menargetkan warga sipil dan melakukan kejahatan perang lainnya.

Pada Senin (27/6), Ukraina mengklaim Rusia menyerang sebuah pusat perbelanjaan di kota Kremenchug, menewaskan dan melukai banyak warga sipil. Militer Rusia menjawab bahwa mereka telah menargetkan persediaan senjata Barat tetapi ledakan amunisi menyebabkan kerusakan pada pusat perbelanjaan terdekat, yang menurut Moskow tidak berfungsi.

(Gisella Putri\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar