Efek Bencana Kejatuhan Bitcoin, Negara ini Terancam Bangkrut

Rabu, 29/06/2022 10:35 WIB
Ilustrasi Bitcoin (CNBC Indonesia)

Ilustrasi Bitcoin (CNBC Indonesia)

Jakarta, law-justice.co - Keputusan El Salvador untuk mempertaruhkan ekonomi negaranya pada bitcoin terancam membawa malapetaka. Kejatuhan harga aset kripto tersebut membuat negara itu di ambang kebangkrutan.


Harga bitcoin tercatat telah jatuh lebih dari 70% dari puncaknya pada November 2021 dan lebih dari 55% sejak Presiden Nayib Bukele mengumumkan `pengadopsian` bitcoin oleh negaranya.

Sementara dipusingkan oleh harga bitcoin yang jauh dari harapan, El Salvador juga harus segera mendapatkan uang tunai yang cukup untuk menutup utangnya yang harus dibayar lebih dari US$ 1 miliar pada tahun depan.

Kondisi El Salvador pun kian memprihatinkan. Pasalnya, pertumbuhan ekonominya telah anjlok, defisitnya tetap tinggi, dan rasio utang terhadap PDB negara itu akan mencapai hampir 87% tahun ini.

Hal itu memicu ketakutan bahwa El Salvador tidak siap untuk menyelesaikan kewajiban pinjamannya.

`Kesialan` El Salvador tak hanya sampai di situ. Negara juga sedang pusing dengan perang baru melawan kekerasan geng yang merebak.

"Di permukaan, seluruh masalah bitcoin belum benar-benar terbayar," kata Boaz Sobrado, seorang analis data fintech yang berbasis di London, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (29/6/2022)

Pemerintah memiliki kerugian kertas yang belum direalisasi pada Bitcoin sekitar US$50 juta. Sementara menurut perkiraan, secara agregat seluruh eksperimen hanya menjalankan US$374 juta.

Negosiasi dengan pinjaman internasional juga terhenti. Sebab mereka tidak mau membuang uang ke negara yang menghabiskan jutaan dolar pajak untuk kripto dengan harga yang rentan.


Sementara itu, menurut lembaga rating, termasuk Fitch, menurunkan skor kredit El Salvador. Alasannya karena ketidakpastian masa depan keuangan negara.

"Dalam hal situasi keuangan mereka, El Salvador berada di tempat yang sangat sulit. Mereka punya banyak obligasi yang diperdagangkan dengan diskon besar-besaran," jelas Sobrado.

Peneliti kebijakan di London School of Economics, Frank Muci mengatakan kebijakan ekonomi negara adalah pemikiran magis. Dia menambahkan tidak ada yang mau meminjamkan uang ke negara itu, kecuali adanya tarif 20% hingga 25%.

"Negara ini sedang berjalan menuju default utang," kata Muci.


Secara keseluruhan, pemerintah telah menghabiskan sekitar US$ 375 juta untuk peluncuran bitcoin, termasuk US$ 150 juta yang dirancang untuk mengubah bitcoin secara instan menjadi dolar, US$ 120 juta untuk bonus bitcoin US$ 30 yang diberikan kepada setiap warga yang mengunduh dompet chivo, dan sekitar US$ 104 juta yang telah diakui pemerintah secara terbuka untuk membelanjakan bitcoin.

Muci mencatat bahwa pengeluaran ini ditambah kerugian yang belum direalisasi sebesar US$ 50 juta pada portofolio bitcoin negara berarti bahwa negara tersebut telah menghabiskan sekitar US$ 425 juta pada bitcoin.

 

(Devi Puspitasari\Editor)

Share:




Berita Terkait

Komentar